UNTUK urusan amplop, sejak masih wartawan di lapangan, Bang Korlap sudah dikenal sebagai ‘pemain’ solo. Tak pernah ia mengajak rekan bila punya informasi liputan-liputan yang potensial ada amplopnya.
Itu sebabnya, sebagian rekan tak begitu suka padanya. Tapi, banyak di antara mereka yang angkat topi dengan militan Bang Korlap. Ya militan liputan, ya militan memburu amplop.
Karir Bang Korlap pun cukup bagus di kantor. Setahap demi setahap, ia naik jabatan di jajaran redaksi.
Sayangnya, kebiasaan sewaktu masih di lapangan, rupanya kebawa sampai Bang Korlap menjadi salah satu wakil petinggi media. Yaitu kebiasaan main solo. Main sendirian.
Monday, October 28, 2013
Pejabat Menyerah, Bos Redaksi Sumringah
Thursday, October 24, 2013
Redaktur Diskriminasi Berita
BANG KORLAP hari itu sedang libur tanggal merah. Medianya tidak terbit. Ia duduk-duduk saja di rumah. Tiba-tiba, seorang kawan wartawan dari salah satu media berkunjung ke rumah. Tumben-tumbenan si Tukiman Felix datang. Ada apa gerangan.
Ternyata, si Tukiman Felix ingin curhat. Wah, sekarang Bang Korlap memang sering jadi tempat sampah alias tempat menerima curahan masalah dari kawan-kawannya.
Hari itu, Tukiman Felix mengaku sedang susah hati. Ia merasa redakturnya terlalu bertindak diskriminatif terhadap wartawan desk nasional dengan desk lokal. Kok bisa?
Ternyata, si Tukiman Felix ingin curhat. Wah, sekarang Bang Korlap memang sering jadi tempat sampah alias tempat menerima curahan masalah dari kawan-kawannya.
Hari itu, Tukiman Felix mengaku sedang susah hati. Ia merasa redakturnya terlalu bertindak diskriminatif terhadap wartawan desk nasional dengan desk lokal. Kok bisa?
Wednesday, October 23, 2013
Bang Korlap: Isi Amplop Anak Nasional Beda dengan Lokal
KISAH ini diceritakan oleh Bang Korlap, seorang wartawan kawakan yang biasa bertugas untuk desk nasional, tapi sekarang ia dipindah untuk liputan di desk lokal. Bagaimana ceritanyanya, yuk kita simak.
Bang Korlap tak hanya berpengalaman dalam hal isu nasional maupun politik. Ia pun punya jam terbang tinggi untuk perkara mencari benefit pribadi melalui amplop dari narasumber. Tak pernah ia menerima amplop berisi Rp100 ribu, Rp200 ribu dan Rp300 ribu. Minimal yang diterimanya senilai Rp500 ribu. Uang-uang itu pun lebih sering ia terima lewat rekening. Mantap.
Makanya, begitu ia dirotasi untuk liputan isu lokal, Bang Korlap sering terlihat murung di pojok taman. Jangan dipikir ia murung karena pendapatannya dari amplop yang merosot. Bukan. Ia sedih karena melihat si Memen, wartawan media X.
Bang Korlap tak hanya berpengalaman dalam hal isu nasional maupun politik. Ia pun punya jam terbang tinggi untuk perkara mencari benefit pribadi melalui amplop dari narasumber. Tak pernah ia menerima amplop berisi Rp100 ribu, Rp200 ribu dan Rp300 ribu. Minimal yang diterimanya senilai Rp500 ribu. Uang-uang itu pun lebih sering ia terima lewat rekening. Mantap.
Makanya, begitu ia dirotasi untuk liputan isu lokal, Bang Korlap sering terlihat murung di pojok taman. Jangan dipikir ia murung karena pendapatannya dari amplop yang merosot. Bukan. Ia sedih karena melihat si Memen, wartawan media X.
Thursday, October 17, 2013
Ingin Hilangkan Bad Mood Malah Dikejar Narasumber
UDARA Ibukota malam itu gerah sekali. Segerah hati tiga wartawan yang tengah duduk-duduk usai liputan. Bad mood, kata salah satu di antaranya.
Keadaan tiba-tiba berubah, begitu ada telepon dari Bang Korlap. Bang Korlap mengabarkan malam itu ada arahan dari seorang tokoh yang namanya kurang terkenal, tapi ingin terkenal.
"Biasa bray merapat di tempat X, karaoke mantap," kata Bang Korlap dengan nada semangat.
"Siap perintah, jenderal," jawab salah satu wartawan. Maksudnya jenderal untuk perkara jale alias amplop.
Keadaan tiba-tiba berubah, begitu ada telepon dari Bang Korlap. Bang Korlap mengabarkan malam itu ada arahan dari seorang tokoh yang namanya kurang terkenal, tapi ingin terkenal.
"Biasa bray merapat di tempat X, karaoke mantap," kata Bang Korlap dengan nada semangat.
"Siap perintah, jenderal," jawab salah satu wartawan. Maksudnya jenderal untuk perkara jale alias amplop.
Tuesday, October 15, 2013
Sia-sia Mondar-mandir Demi Amplop
ACARA yang diselenggarakan di gedung perwakilan masyarakat pagi itu cukup ramai. Banyak sekali wartawan yang datang, baik wartawan dari media nasional, lokal, yang kadang terbit kadang tidak terbit, bahkan yang tidak jelas dimana medianya.
Di sana, tampak sebagian wartawan duduk di kursi yang telah disediakan panitia dan memperhatikan tokoh berpengaruh yang tengah memberi kata sambutan. Tapi, sebagian wartawan lagi terlihat berdiri di pojokan, bahkan ada juga yang duduk-duduk saja di ruang humas.
Bang Korlap tampak serius sekali. Padahal, biasanya dia tidak serius-serius amat bila datang ke acara semacam itu. Oh ternyata dia begitu karena atasan di redaksi menginstruksikan kepadanya supaya meliput acara tadi secara lengkap. Soalnya, isunya masih hangat.
Di sana, tampak sebagian wartawan duduk di kursi yang telah disediakan panitia dan memperhatikan tokoh berpengaruh yang tengah memberi kata sambutan. Tapi, sebagian wartawan lagi terlihat berdiri di pojokan, bahkan ada juga yang duduk-duduk saja di ruang humas.
Bang Korlap tampak serius sekali. Padahal, biasanya dia tidak serius-serius amat bila datang ke acara semacam itu. Oh ternyata dia begitu karena atasan di redaksi menginstruksikan kepadanya supaya meliput acara tadi secara lengkap. Soalnya, isunya masih hangat.
Monday, October 14, 2013
Isi Amplop Cuma Rp200 Ribu Saja Aturannya Berat
BAGI Bang Korlap, tak biasanya si wartawan dari media XX ini mau berbagi informasi tentang acara liputan. Apalagi, acaranya acara yang mengandung jale alias 86 alias amplop.
Tapi hari itu benar-benar beda. Wartawan XX bilang kepada Bang Korlap, acara itu jelas. Isi amplopnya berisi sekitar dua tiang. Cihuiiii.
Senanglah hati Bang Korlap, mana minggu itu keuangannya pun sedang sekarat. Sesuai arahan wartawan XX, Bang Korlap pun segera menelepun panitia acara seminar sebelum datang.
"Bos, aku dari media A ingin meliput acara seminar. Mohon info TKP nya," kira-kira begitu kata Bang Korlap kepada panitia acara.
Tapi hari itu benar-benar beda. Wartawan XX bilang kepada Bang Korlap, acara itu jelas. Isi amplopnya berisi sekitar dua tiang. Cihuiiii.
Senanglah hati Bang Korlap, mana minggu itu keuangannya pun sedang sekarat. Sesuai arahan wartawan XX, Bang Korlap pun segera menelepun panitia acara seminar sebelum datang.
"Bos, aku dari media A ingin meliput acara seminar. Mohon info TKP nya," kira-kira begitu kata Bang Korlap kepada panitia acara.
Sunday, October 13, 2013
Redaktur Pun Tahu Mana Berita Wangi dan Tidak
BANG korlap lagi puyeng. Berita yang ditulisnya tak kunjung terbit di media tempatnya bekerja. Padahal, dia sudah mengambil amplop dari panitia acara.
Yang membuatnya tambah pusing ialah panitia sudah beberapa kali menelpon dirinya. Menanyakan mana dan kapan berita tentang acara sunatan massal yang diselenggarakan perusahaan X terbit.
"Bang, mana beritanya, aku cek di media abang kok gak ada yah," kata panitia.
"Aduh kak, aku juga bingung nih. Padahal, aku sudah menulis dua berita dan sudah kukirim. Tugas naikin berita, kan redaktur kak," kata Bang Korlap.
Yang membuatnya tambah pusing ialah panitia sudah beberapa kali menelpon dirinya. Menanyakan mana dan kapan berita tentang acara sunatan massal yang diselenggarakan perusahaan X terbit.
"Bang, mana beritanya, aku cek di media abang kok gak ada yah," kata panitia.
"Aduh kak, aku juga bingung nih. Padahal, aku sudah menulis dua berita dan sudah kukirim. Tugas naikin berita, kan redaktur kak," kata Bang Korlap.
Wednesday, October 9, 2013
Foto Mau Ditarik, Ada Amplopnya Tidak?
MALAM itu Bang Korlap datang ke redaksi. Tak biasanya seperti itu. Endingnya, ternyata dia ingin curhat dengan rekannya.
Bang Korlap bercerita tentang kelakuan salah satu sobat yang menjabat redaktur foto di media A. Katanya, si sobat sering main sendirian alias tidak ngajak-ajak. Misalnya begini, misalnya ada redaktur foto media B yang ingin menggunakan foto dari media A. Kebetulan dua media ini saling bekerjasama satu sama lainnya.
Foto yang akan digunakan (diterbitkan) oleh media B adalah foto tentang acara peluncuran prodak (product) atau acara suatu peresmian proyek pembangunan. Sudah jadi pengetahuan umum di sebagian wartawan, berita atau foto semacam itu, terkadang mengandung amplop.
Bang Korlap bercerita tentang kelakuan salah satu sobat yang menjabat redaktur foto di media A. Katanya, si sobat sering main sendirian alias tidak ngajak-ajak. Misalnya begini, misalnya ada redaktur foto media B yang ingin menggunakan foto dari media A. Kebetulan dua media ini saling bekerjasama satu sama lainnya.
Foto yang akan digunakan (diterbitkan) oleh media B adalah foto tentang acara peluncuran prodak (product) atau acara suatu peresmian proyek pembangunan. Sudah jadi pengetahuan umum di sebagian wartawan, berita atau foto semacam itu, terkadang mengandung amplop.
Tuesday, October 8, 2013
Tak Hoki, Bang Korlap 86 Sebel Bukan Main
CERITA kali ini tentang Bang Korlap dan doorprize. Waktu itu, ia begitu bersemangat menghadiri undangan apresiasi terhadap para jurnalis yang biasa meliput acara-acara yang diselenggarakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi.
Salah satu acara yang paling ia senangi ialah undian doorprize. Menurut keterangan humas perusahaan, ada hadiah-hadiah menarik yang disediakan. Kemudian, iseng-iseng, Bang Korlap bertanya kepada humas tentang jenis hadiah yang akan dibagikan.
Salah satu acara yang paling ia senangi ialah undian doorprize. Menurut keterangan humas perusahaan, ada hadiah-hadiah menarik yang disediakan. Kemudian, iseng-iseng, Bang Korlap bertanya kepada humas tentang jenis hadiah yang akan dibagikan.
Sunday, October 6, 2013
Bagi-bagi Amplopnya di Alfamart
HARI itu ada undangan ke beberapa wartawan untuk menghadiri acara konferensi pers di sebuah kafe. Sesuai rencana, wartawan yang diundang secara resmi oleh humas itu pun datang semua, termasuk Bang Korlap.
Acaranya cukup menarik. Narasumbernya pun berbobot. Singkat cerita, acara konferensi pers itu pun dimulai.
Tapi ada satu hal yang membikin humas acara tersebut stres. Ternyata, wartawan yang datang ke konferensi pers banyak sekali. Tiga kali lipat dari jumlah yang diundang.
Thursday, October 3, 2013
Uang Amplop Ditabung Buat Beli Motor
MENABUNG pangkal kaya. Prinsip itulah yang selalu tertanam di hati wartawan satu ini. Soalnya, ia ingin sekali memiliki sepeda motor baru. Bajaj.
Setiap kali mendapatkan uang amplop dari narasumber, wartawan ini langsung menyimpannya di rekening khusus. Tak seperti teman-temannya yang langsung menghabiskan uang amplop.
Hebatnya, ia punya rekening khusus untuk menyimpan uang amplop. Setahun lamanya, dia menabung.
Setiap kali mendapatkan uang amplop dari narasumber, wartawan ini langsung menyimpannya di rekening khusus. Tak seperti teman-temannya yang langsung menghabiskan uang amplop.
Hebatnya, ia punya rekening khusus untuk menyimpan uang amplop. Setahun lamanya, dia menabung.