Tuesday, December 31, 2013

Ucapan Tahun Baru 2014 dari Mantan Suhu 86

MOMENTUM pergantian tahun merupakan salah satu momen yang paling dinantikan sebagian besar umat, tak terkecuali Bang Korlap.

Bang Korlap senang bukan main ketika di akhir tahun 2013 ini mendapat ucapan melalui telepon dari salah seorang kawan lama yang sekarang sudah menjadi petinggi di salah satu perusahaan. Kawan lama ini dulunya wartawan di lapangan juga. Ia tahu seluk beluk dunia abu-abu sampai gelapnya jurnalis. Maklum, dulu dia suhu-nya urusan 86.

Begitu selesai menerima ucapan dari mantan suhu 86, Bang Korlap 'meringkik seperti kuda.' Lalu, teriak, ancuk.

Seperti ini nih ucapan yang diterima Bang Korlap:


**Lo itu waltawan agamanya apa yaaa, Lebalan lo datang, Natalan lo datang, Tahun Balu lo juga datang (logat warga di Glodok). Met Taon Balu 2014 buat Bang Kollap, semoga taon depan makin jelas.** 



PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop


Tuesday, December 24, 2013

AJI: Hapuskan Amplop Bagi Wartawan

DI tengah kerisauan publik terhadap kinerja aparat pemerintah serta berbagai kasus korupsi yang membelit eksekutif, legislatif dan yudikatif, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membuat gebrakan yang patut diacungi jempol.

Dalam upayanya menciptakan pemerintahan yang bersih dan transparan, Ganjar meminta Biro Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng menghapus anggaran bagi wartawan. Anggaran yang dimaksud biasa diberikan dalam bentuk uang --lazim disebut amplop-- kepada wartawan yang sering meliput kegiatan Pemprov Jateng.

AJI: Media Harus Independen, Pemerintah Wajib Tuntaskan Kasus Udin

TAHUN 2014 adalah waktu yang krusial bagi dunia pers Indonesia. Menjelang Pemilihan Umum (April dan Juli) 2014 sebagian orang mempertanyakan kredibilitas media dan pemberitaan pers terkait Pemilu. Bersamaan dengan itu ada masalah yang harus dituntaskan Pemerintah RI, khususnya Kepolisian Republik Indonesia (Polri), terkait kasus kematian dan kekerasan terhadap jurnalis.

Yang mendesak dituntaskan adalah kasus kematian wartawan Harian Bernas Yogya, Fuad Muhammad Sjafruddin. Udin, nama panggilan wartawan ini, dibunuh 17 tahun lalu di Yogyakarta terkait pemberitaan yang ditulisnya. Sesuai Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), pada Oktober 2014 kasus kematian Udin akan kadaluarsa. Apabila kepolisian RI tidak melakukan penanganan serius, maka Kasus Udin akan menjadi misteri yang mencederai rasa keadilan serta mencoreng upaya penegakan hukum di Indonesia.

Sunday, December 22, 2013

Bang Korlap 86 Disangka Sudah Almarhum

SEKITAR enam wartawan, hari itu, sedang berkumpul. Sepertinya, mereka sedang membahas sesuatu yang serius. Wajah mereka tampak tegang-tegang.

Usut punya usut, ternyata mereka sedang membahas selentingan yang menyebutkan Bang Korlap meninggal dunia karena sakit. Para wartawan yang selama ini selalu satu perjuangan dengan Bang Korlap, terutama dalam urusan amplop, tampak kehilangan.

Beberapa di antaranya, tampak menitikkan air mata. “Pantas saja, sudah seminggu ini Bang Korlap tak muncul,” katanya.

Friday, December 20, 2013

Jurnalis Selalu Terancam

APAKAH tahun 2014 benar-benar akan menjadi gerbang kekalahan pers sebagai pilar keempat demokrasi, dalam kasus pembunuhan jurnalis Harian Bernas Yogyakarta Fuad Muhammad Syarifuddin alias Udin?

Tahun 2014 merupakan detik-detik penentuan kasus Udin, mengingat pada tanggal 16 Agustus 2014, kasus ini terancam tutup buku alias kadaluwarsa. Situasi dan kondisi di akhir tahun 2013 ini menyisakan rasa pesimistis kasus tersebut bakal terang ke public karena polisi tak juga menunjukkan tanda-tanda serius untuk menguaknya.

Kasus yang dialami Udin bukanlah satu-satunya kasus pers yang gelap tak terungkap. Masih ada sedikitnya tujuh kasus  pembunuh terhadap jurnalis Indonesia yang tetap gulita. Alih-alih pelakunya dituntut sampai pengadilan, hingga kini kasusnya saja tetap digantung.

Thursday, December 19, 2013

Bang Korlap, Si Wartawan Tak Modal

TEMAN-teman satu tempat liputan sering mengatakan, mungkin sudah dari sononya Bang Korlap tak pernah modal. Wah. Mengapa bisa sebegitu parahnya menyebut Bang Korlap, si wartawan terkenal itu?

Lihat saja, makan siang di kantin seringnya dia minta ditraktir teman. Sekalinya mengajak teman-temannya makan siang, bukannya ramai-ramai pergi ke restoran, tapi bergabung ke acara makan siang tempat konferensi pers.

Tak hanya itu, ketika liputan berita kemana-mana, ia memilih menumpang kendaraan teman supaya tidak perlu keluar uang bensin. Bahkan, pada waktu hendak mengirim berita ke redaksi, Bang Korlap hobinya kloning laporan orang lain.

Saturday, December 14, 2013

Jadi Wartawan Media Asing Masih Saja Cinta Amplop

INI pengalaman seru yang lain yang dialami oleh Bang Korlap. Ia sudah capek bekerja untuk media dalam negeri. Gajinya kecil, tunjangan kecil, tapi pekerjaannya sangat banyak. Melamarlah ia menjadi kontributor berita untuk salah satu media asing.

Lamaran Bang Korlap ternyata mendapat respon positif dari redaksi media asing itu. Ia diterima dan ia ditugaskan untuk menulis tentang profil-profil tokoh sukses.

Bang Korlap tentu saja bangga betul. Kini ia memegang kartu pers media asing. Ia juga bahagia karena hanya menulis tentang profil-profil tokoh sukses. Dan kemudian kebiasaan mencari amplop pun kambuh lagi, bahkan lebih parah dari ketika ia bekerja untuk media dalam negeri.

Sunday, November 3, 2013

AJI Jakarta: Upah Layak Reporter 2014 Rp 5,7 Juta Per Bulan

BERSAMAAN dengan penetapan Upah Minimum Provinsi di DKI  Jakarta, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta melakukan survei  kebutuhan hidup layak untuk para jurnalis di Jakarta. Setelah menghitung berbagai kebutuhan, AJI Jakarta menetapkan upah untuk  jurnalis tingkat reporter adalah Rp 5,7 juta per bulan. Besaran upah  tersebut dipandang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak para reporter di Jakarta pada 2014.

Besaran upah layak ini kami peroleh dengan perhitungan dan analisis  terhadap 39 barang dan jasa menyangkut kebutuhan hidup layak bagi  seorang jurnalis di Jakarta. Komponen yang mengambil porsi terbesar  adalah makanan sebesar Rp 2,1 juta per bulan. Kedua ialah komponen kebutuhan penunjang tugas jurnalistik sebesar Rp 1,5 juta per bulan.

Monday, October 28, 2013

Pejabat Menyerah, Bos Redaksi Sumringah

UNTUK urusan amplop, sejak masih wartawan di lapangan, Bang Korlap sudah dikenal sebagai ‘pemain’ solo. Tak pernah ia mengajak rekan bila punya informasi liputan-liputan yang potensial ada amplopnya.

Itu sebabnya, sebagian rekan tak begitu suka padanya. Tapi, banyak di antara mereka yang angkat topi dengan militan Bang Korlap. Ya militan liputan, ya militan memburu amplop.

Karir Bang Korlap pun cukup bagus di kantor. Setahap demi setahap, ia naik jabatan di jajaran redaksi.

Sayangnya, kebiasaan sewaktu masih di lapangan, rupanya kebawa sampai Bang Korlap menjadi salah satu wakil petinggi media. Yaitu kebiasaan main solo. Main sendirian.

Thursday, October 24, 2013

Redaktur Diskriminasi Berita

BANG KORLAP hari itu sedang libur tanggal merah. Medianya tidak terbit. Ia duduk-duduk saja di rumah. Tiba-tiba, seorang kawan wartawan dari salah satu media berkunjung ke rumah.  Tumben-tumbenan si Tukiman Felix datang. Ada apa gerangan.

Ternyata, si Tukiman Felix ingin curhat. Wah, sekarang Bang Korlap memang sering jadi tempat sampah alias tempat menerima curahan masalah dari kawan-kawannya.

Hari itu, Tukiman Felix mengaku sedang susah hati. Ia merasa redakturnya terlalu bertindak diskriminatif terhadap wartawan desk nasional dengan desk lokal. Kok bisa?

Wednesday, October 23, 2013

Bang Korlap: Isi Amplop Anak Nasional Beda dengan Lokal

KISAH ini diceritakan oleh Bang Korlap, seorang wartawan kawakan yang biasa bertugas untuk desk nasional, tapi sekarang ia dipindah untuk liputan di desk lokal. Bagaimana ceritanyanya, yuk kita simak.

Bang Korlap tak hanya berpengalaman dalam hal isu nasional maupun politik. Ia pun punya jam terbang tinggi untuk perkara mencari benefit pribadi melalui amplop dari narasumber. Tak pernah ia menerima amplop berisi Rp100 ribu, Rp200 ribu dan Rp300 ribu. Minimal yang diterimanya senilai Rp500 ribu. Uang-uang itu pun lebih sering ia terima lewat rekening. Mantap.

Makanya, begitu ia dirotasi untuk liputan isu lokal, Bang Korlap sering terlihat murung di pojok taman. Jangan dipikir ia murung karena pendapatannya dari amplop yang merosot. Bukan. Ia sedih karena melihat si Memen, wartawan media X.

Thursday, October 17, 2013

Ingin Hilangkan Bad Mood Malah Dikejar Narasumber

UDARA Ibukota malam itu gerah sekali. Segerah hati tiga wartawan yang tengah duduk-duduk usai liputan. Bad mood, kata salah satu di antaranya.

Keadaan tiba-tiba berubah, begitu ada telepon dari Bang Korlap. Bang Korlap mengabarkan malam itu ada arahan dari seorang tokoh yang namanya kurang terkenal, tapi ingin terkenal.

"Biasa bray merapat di tempat X, karaoke mantap," kata Bang Korlap dengan nada semangat.

"Siap perintah, jenderal," jawab salah satu wartawan. Maksudnya jenderal untuk perkara jale alias amplop.

Tuesday, October 15, 2013

Sia-sia Mondar-mandir Demi Amplop

ACARA yang diselenggarakan di gedung perwakilan masyarakat pagi itu cukup ramai. Banyak sekali wartawan yang datang, baik wartawan dari media nasional, lokal, yang kadang terbit kadang tidak terbit, bahkan yang tidak jelas dimana medianya.

Di sana, tampak sebagian wartawan duduk di kursi yang telah disediakan panitia dan memperhatikan tokoh berpengaruh yang tengah memberi kata sambutan. Tapi, sebagian wartawan lagi terlihat berdiri di pojokan, bahkan ada juga yang duduk-duduk saja di ruang humas.

Bang Korlap tampak serius sekali. Padahal, biasanya dia tidak serius-serius amat bila datang ke acara semacam itu. Oh ternyata dia begitu karena atasan di redaksi menginstruksikan kepadanya supaya meliput acara tadi secara lengkap. Soalnya, isunya masih hangat.

Monday, October 14, 2013

Isi Amplop Cuma Rp200 Ribu Saja Aturannya Berat

BAGI Bang Korlap, tak biasanya si wartawan dari media XX ini mau berbagi informasi tentang acara  liputan. Apalagi, acaranya acara yang mengandung jale alias 86 alias amplop.

Tapi hari itu benar-benar beda. Wartawan XX bilang kepada Bang Korlap, acara itu jelas. Isi amplopnya berisi sekitar dua tiang. Cihuiiii.

Senanglah hati Bang Korlap, mana minggu itu keuangannya pun sedang sekarat. Sesuai arahan wartawan XX, Bang Korlap pun segera menelepun panitia acara seminar sebelum datang.

"Bos, aku dari media A ingin meliput acara seminar. Mohon info TKP nya," kira-kira begitu kata Bang Korlap kepada panitia acara.

Sunday, October 13, 2013

Redaktur Pun Tahu Mana Berita Wangi dan Tidak

BANG korlap lagi puyeng. Berita yang ditulisnya tak kunjung terbit di media tempatnya bekerja. Padahal, dia sudah mengambil amplop dari panitia acara.

Yang membuatnya tambah pusing ialah panitia sudah beberapa kali menelpon dirinya. Menanyakan mana dan kapan berita tentang acara sunatan massal yang diselenggarakan perusahaan X terbit.

"Bang, mana beritanya, aku cek di media abang kok gak ada yah," kata panitia.

"Aduh kak, aku juga bingung nih. Padahal, aku sudah menulis dua berita dan sudah kukirim. Tugas naikin berita, kan redaktur kak," kata Bang Korlap.

Wednesday, October 9, 2013

Foto Mau Ditarik, Ada Amplopnya Tidak?

MALAM itu Bang Korlap datang ke redaksi. Tak biasanya seperti itu. Endingnya, ternyata dia ingin curhat dengan rekannya.

Bang Korlap bercerita tentang kelakuan salah satu sobat yang menjabat redaktur foto di media A. Katanya, si sobat sering main sendirian alias tidak ngajak-ajak. Misalnya begini, misalnya ada redaktur foto media B yang ingin menggunakan foto dari media A. Kebetulan dua media ini saling bekerjasama satu sama lainnya.

Foto yang akan digunakan (diterbitkan) oleh media B adalah foto tentang acara peluncuran prodak (product) atau acara suatu peresmian proyek pembangunan. Sudah jadi pengetahuan umum di sebagian wartawan, berita atau foto semacam itu, terkadang mengandung amplop.

Tuesday, October 8, 2013

Tak Hoki, Bang Korlap 86 Sebel Bukan Main

CERITA kali ini tentang Bang Korlap dan doorprize. Waktu itu, ia begitu bersemangat menghadiri undangan apresiasi terhadap para jurnalis yang biasa meliput acara-acara yang diselenggarakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi.

Salah satu acara yang paling ia senangi ialah undian doorprize. Menurut keterangan humas perusahaan, ada hadiah-hadiah menarik yang disediakan. Kemudian, iseng-iseng, Bang Korlap bertanya kepada humas tentang jenis hadiah yang akan dibagikan.

Sunday, October 6, 2013

Bagi-bagi Amplopnya di Alfamart

HARI itu ada undangan ke beberapa wartawan untuk menghadiri acara konferensi pers di sebuah kafe. Sesuai rencana, wartawan yang diundang secara resmi oleh humas itu pun datang semua, termasuk Bang Korlap.

Acaranya cukup menarik. Narasumbernya pun berbobot. Singkat cerita, acara konferensi pers itu pun dimulai.

Tapi ada satu hal yang membikin humas acara tersebut stres. Ternyata, wartawan yang datang ke konferensi pers banyak sekali. Tiga kali lipat dari jumlah yang diundang.

Thursday, October 3, 2013

Uang Amplop Ditabung Buat Beli Motor

MENABUNG pangkal kaya. Prinsip itulah yang selalu tertanam di hati wartawan satu ini. Soalnya, ia ingin sekali memiliki sepeda motor baru. Bajaj.

Setiap kali mendapatkan uang amplop dari narasumber, wartawan ini langsung menyimpannya di rekening khusus. Tak seperti teman-temannya yang langsung menghabiskan uang amplop.

Hebatnya, ia punya rekening khusus untuk menyimpan uang amplop.  Setahun lamanya, dia menabung.

Tuesday, September 24, 2013

Humas Senang, Wartawannya Agak Merengut

RUPA-rupa cara dipakai kalangan humas perusahaan untuk membina hubungan baik dengan wartawan. Dan cara yang mereka pakai pun mengikuti perkembangan jaman. Seperti yang dirasakan wartawan di salah satu media ini.

Suatu sore, wartawan itu bingung. Benda apa yang baru saja ia terima lewat TIKI yang dikirimkan seorang humas salah satu perusahaan swasta. Bentuknya tipis, kotak, dan bisa dilipat.

Garuk-garuk kepala terus dia, pertanda makin puyeng.  Teman di sampingnya yang penasaran pun berniat membantu. Tak lama kemudian, setelah dilihat-lihat, akhirnya benda tipis sebesar kartu nama itupun disimpulkan sebagai USB. :D

Monday, September 23, 2013

KAMUS JURNALISTIK KATANYA

JEBRET. Sebagian redaktur atau editor berita media massa terkadang senyum-senyum sendiri seperti orang gila bila sedang membaca laporan dari reporter, terutama untuk berita straight news.

Singkat cerita, yang membuat mereka senyum-senyum, terutama ketika menemukan kata ganti untuk menunjukkan orang atau narasumber yang memberikan suatu pernyataan. Dan kata ganti itu seringnya tidak tepat sasaran. Contone:

Lurah Sujarwo mengimbau para Ketua RT/RW mengkoordinir warga untuk gotong-royong membersihkan got. "Saya sudah minta mereka untuk membantu," jlentreh Lurah Sujarwo.
Kemudian ada lagi yang menulis begini:

Friday, September 20, 2013

Wartawan Pun Sikat Jatah Narasumber :D

HADOOH, perilaku wartawan elektronik Tanah Air ini bener-bener keblinger. Betapa tidak, apa yang bukan menjadi jatahnya, mereka sikat habis juga. :D :D

Jadi begini ceritanya. Waktu itu, ada kasus besar yang terjadi di salah satu kota. Dari segi bisnis media maupun dari segi nilai jurnalistik, berita itu menguntungkan dan kuat sekali.

Maka, redaksi pun membuat rencana liputan live alias wawancara langsung dengan salah satu kepala keamanan di kota yang menjadi tempat kasus besar tadi.

Thursday, September 5, 2013

Nasib Reporter Berwajah Tanpa Ekspresi

INI cerita dari seorang kepala media di salah satu daerah. Ceritanya tentang penampilan wajah wartawannya di lapangan.

Dia punya seorang reporter yang ditempatkan di salah satu instansi. Reporternya memang banyak tanya bila ketemu narasumber. Cukup kritis dan tak hobi amplop, walau kadang-kadang mau juga isi amplopnya.

Reporter kesayangan redaktur ini punya pembawaan yang agak kaku. Kepala media menyebutnya punya wajah yang datar dan jarang tertawa di redaksi.

Wednesday, September 4, 2013

Sogokannya Karaoke

ADA kasus besar di salah satu kota. Wartawan online di daerah itu kemudian menulisnya ramai-ramai. Dan tulisannya cenderung menyudutkan salah instansi hukum setempat.

Karena tak ingin imej-nya buruk karena pemberitaan, kepala instansi hukum itu langsung memanggil para wartawan media cetak ke salah satu ruangan kantor. Wartawan online sengaja tak dipanggil karena dianggap tak punya pengaruh.

Di ruangan itu, abang-abang wartawan media print mendapat pengarahan. Intinya, agar besok mengeluarkan informasi yang baik-baik tentang instansi hukum tadi. Bikin berita yang soft-lah.

Wartawan Lapan Anam Kaget Setengah Modar

INI pertanyaan yang kerab dilontarkan oleh sebagian wartawan yunior. Kenapa pengusaha atau pejabat mesti takut ketika didatangi wartawan atau diancam wartawan akan diberitakan bila tidak memberi uang.

Kalau pejabat atau pengusaha tak bersalah, kata wartawan yunior itu, harusnya tenang-tenang aja saat menghadapi wartawan.

Nah, soal keberanian menghadapi wartawan, ada baiknya menyontoh seorang pengusaha Tanah Air ini. Walau sebenarnya perusahaannya tak jujur-jujur amat atau tak bersih-bersih amat, ia punya keberanian melawan wartawan yang coba-coba memerasnya.

Tuesday, September 3, 2013

Pak Pejabat Apes, Abang Wartawan Pun Apes

INI benar-benar apes. Apes buat si pak pejabat maupun apes buat Bang Korlap dan beberapa temannya. Lho, kok bisa yak. Bisa dong.

Begini awal mula ceritanya. Ada pejabat yang kepergok baru keluar dari hotel bersama cewek oleh beberapa abang wartawan.

Lalu, dikuntitlah si pejabat itu oleh abang-abang wartawan. Mereka membuntutinya sampai rumah pejabat.

Orang Dekat Pejabat Guyur Uang ke Wartawan

BUKAN rahasia negara lagi bila pejabat tinggi yang sedang berkasus membutuhkan dukungan dukungan wartawan dan media.

Seperti kasus satu ini. Suatu malam, beberapa wartawan sedang menunggu hasil pemeriksaan lembaga hukum. Mereka duduk sambil merokok di tangga gedung.

Tiba-tiba, datang orang dekat pejabat yang sedang terkena kasus korupsi. "Bro, ada rokok kagak neeh," kata orang itu.

Monday, September 2, 2013

Hah, Berita Kau Nih Ada 86-nya

DI jaman media online seperti sekarang ini, nilai berita tak lagi menjadi unsur utama bagi sebagian redaksi media massa dalam menentukan sebuah informasi layak terbit atau tidak terbit.

Ada unsur-unsur lain yang menjadi prioritas. Misalnya, apakah informasi tersebut nanti mendatangkan iklan bagi perusahaan atau tidak. Apakah informasi itu nanti akan banyak diklik masyarakat atau tidak.

Ah, jadi kuliah deh. Singkat cerita begini. Seorang reporter media online A bertugas di desk bisnis dan lifestyle. Tiap hari, ia mendapatkan kiriman press release ke emailnya dari berbagai humas perusahaan.

Reporter Susah Dipegang, Langsung Saja Redakturnya

SUDAH berkali-kali petugas humas lembaga swasta satu ini mengirim press release ke email wartawan dari media A, B, C, D, termasuk Bang Korlap. Tapi, tak satupun yang menulisnya.

Karena terulang terus, humas mulai berpikir, apakah pendekatan kepada wartawan-wartawan itu kurang mantap sehingga responnya seperti itu.

Setelah itu, Bang Korlap dan abang-abang wartawan lain pun di-service makan-makan dulu tiap kali datang untu mengikuti konferensi pers. Harapannya, setelah perut kenyang, mereka bisa diarahkan.

Sunday, September 1, 2013

Wartawan Penjual Buku Kode Etik Jurnalistik Lagi Apes

SEORANG wartawan muda di salah satu daerah mengadu ke blog Korlap 86. Ia mengaku kesal bukan main dengan ulah oknum wartawan yang kegemarannya menakut-nakuti pejabat demi mendapatkan keuntungan pribadi.

Begini modus operandi oknum wartawan senior itu. Ia menggandakan buku kode etik jurnalistik di percetakan.  Entah berapa modalnya. Kemudian, ia edarkan buku tersebut ke pejabat, termasuk guru dan kepala sekolah.

Ada guru dan kepala sekolah yang mau membeli. Tapi, ada juga yang langsung menolak karena tak ada kepentingan dengan membeli buku macam itu.

Saturday, August 31, 2013

Wartawan Ngisin-isini

INI adalah cerita dari seorang wartawan Ibukota Jakarta yang beberapa waktu lalu bertugas di salah satu daerah. Pengalaman menyaksikan aksi wartawan yang bikin hati prihatin (meniru gaya Pak SBY).

Pada suatu hari, beberapa wartawan tengah mewawancarai seorang pejabat di lobi kantor pemerintahan.

Sementara di dekat pintu lobi, tampak sekelompok orang yang mengenakan kartu pers duduk-duduk bergerombol sambil memperhatikan wartawan yang sedang wawancara.

86-nya Sekardus Sembako

DI dunia kewartawanan Tanah Air ternyata tak semuanya menggilai hadiah-hadiah dari narasumber. Contohnya beberapa wartawan yang bertugas di lembaga hukum ini.

Jelang Lebaran kemarin, humas lembaga tersebut membagi-bagikan kardus berisi sembako kepada jurnalis yang sehari-hari meliput di sana. Agaknya, memang tiap tahun selalu begitu.

Mayoritas wartawan dengan suka cita menerimanya. Kata mereka, kan sembako ini pemberian, bukan mereka yang minta. Lalu setelah menerimanya, mereka pun memanggul kardus sembako masing-masing ke luar gedung untuk kemudian dibawa pulang.

Buyar Sudah Harapan Rombongan Wartawan Ini

KALI ini, rombongan wartawan di salah satu instansi A benar-benar kecewa berat. Harapan tak sesuai dengan kenyataan.

Ceritanya begini. Suatu hari, koordinator wartawan instansi A mendapat telepon dari kepala pejabat di instansi B. Pejabat itu minta koordinator wartawan mengajak teman-temannya datang karena akan ada ekspos kasus besar.

Selesai telpon-telponan, si koordinator pun meneruskan informasi kepada teman-temannya bahwa kepala pejabat instansi B akan ekspos kasus. Semula, para wartawan di instansi A malas-malasan datang ke instansi B karena lokasinya jauh.

Friday, August 30, 2013

Cerita Wartawan 86 Romantis

ADUH, mas wartawan yang biasa dipanggil Den Bagus ini masiiiih saja seperti anak kecil. Manja banget. Manjaaa deh pokokna, begitu kata teman-temannya.

Tiap kali liputan, ia berpegang pada peribahasa: sekali mendayung harus dan harus 86  pulau terlewati.

Artinya, setiap selesai wawancara narasumber haruslah memberikan uang transport.

Tiap datang ke humas pemda atau swasta, haruslah ada amplop saat pulang. Tiap datang ke acara rilis kasus kriminil di kantor polres atau polsek niatnya mencari 86.

Wednesday, August 28, 2013

Isi Amplop Memang Tebal Betul, Tapi...

INI pengalaman nyata seorang wartawati yang baru saja selesai bertugas di daerah. Pengalaman melihat aksi ngamplop oleh sebagian wartawan yang medianya kadang terbit kadang tidak terbit.

Diundanglah mereka ke acara konferensi pers yang diselenggarakan sebuah perusahaan tambang. Senang sekali karena yakin seyakin yakinnya isi amplopnya nanti pasti tebal.

Singkat cerita, harapan dan doa-doa mereka agaknya terkabul. Sebab, selesai acara, humas membagi-bagikan amplop. Tebal dan berat. Tanda-tanda isinya banyak.

Ini Cerita Wartawan Bodrek Ganas

Di Indonesia ini, ada wartawan bodrek yang baik. Ada juga wartawan bodrek yang ganas. Nah, si Paiman, seorang wartawan ibukota, punya pengalaman dikerjai wartawan bodrek bagian yang ganas.

Ini ceritanya sewaktu Paiman masih muda. Waktu itu, ia menghadiri undangan konferensi pers di salah satu hotel. Tiba di meja penerimaan tamu, ia kaget ketika akan tanda tangan di buku tamu. Ternyata di sana sudah ada nama Firaun yang tanda tangan atas nama medianya.

Karena penasaran, Paiman pun menelepon redaksi. Menanyakan apakah mengutus orang bernama Firaun untuk datang ke acara tadi. Ternyata, orang redaksi bilang, tidak.

Tuesday, August 27, 2013

Humas Borong Amplop Wartawan

INI dia saingan korlap wartawan 86. Namanya Karyo Sentolop. Ia seorang pejabat humas di salah satu lembaga pemerintah. Urusannya tak jauh-jauh dari kerja wartawan.

Ceritanya begini. Suatu siang, ia bertemu Momon, wartawan dari media yang punya jaringan di daerah-daerah. Pertemuan itu dilakukan usai acara konferensi pers.

Pak Karyo Sentolop hendak memberikan amplop kepada si Momon. Tapi, si Momon menolak pemberian Pak Karyo Sentolop karena takut. Kemudian, Pak Karyo Sentolop bertanya kepada Momon. "Mon, berapa media yang ada di grup perusahaanmu."

Saturday, August 24, 2013

Wartawan Bodrek Senior Tersinggung

DI salah satu daerah di Pulau Jawa, ada wartawan yang cukup terkenal. Maksudnya, terkenal sebagai wartawan bodrek senior.

Suatu siang, usai acara di salah satu kantor pemerintahan,  wartawan senior itu langsung merapat ke salah satu pejabat yang baru saja keluar dari ruangan. Ia ingin mewawancarai pejabat tersebut.

Seperti biasa, ketika wartawan senior satu itu mulai merapat ke pejabat, wartawan lain memilih untuk tidak ikut gabung wawancara.

Wednesday, August 7, 2013

Korlap 86 Ucapkan Met Idul Fitri

REDAKSI blog korlap 86 mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan bathin. Salam 86. Dan jangan lupa kalian tetap saling berbagi rata yaaa.... Kita kembali meraih kemenangan :D

Sumber Internet
PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop

Kita kembali dan meraih kemenangan

Read more at: http://www.cyber4rd.com/2013/08/kata-kata-ucapan-selamat-hari-raya-idul.html
Copyright © 2013 • Cyber4rD • All Right Reserved

Kita kembali dan meraih kemenangan

Read more at: http://www.cyber4rd.com/2013/08/kata-kata-ucapan-selamat-hari-raya-idul.html
Copyright © 2013 • Cyber4rD • All Right Reserved
Kita kembali dan meraih kemenangan

Read more at: http://www.cyber4rd.com/2013/08/kata-kata-ucapan-selamat-hari-raya-idul.html
Copyright © 2013 • Cyber4rD • All Right Reserved

Wednesday, July 31, 2013

Reporter Beri Komisi Redakturnya

INI cerita dari salah satu redaksi di Ibukota. Ceritanya tentang reporter dan redakturnya lagi.

Reporter satu ini memang rajin dan kreatif sekali. Dia sering ikut lomba menulis yang kontennya biasanya untuk mempromosikan perusahaan penyelenggara. Dan dia sering menang.

Hari itu, si reporter menghubungi redakturnya supaya menaikkan tulisan yang akan dilombakan lagi.

Monday, July 22, 2013

Susu Nan Forum Pemred Periode 2013 - 2015

Forum Pemimpin Redaksi menetapkan pengurus baru periode 2013-2015 melalui sidang pleno luar biasa di Jakarta, Senin (22/7/2013) malam.

Pengurus baru ini terbentuk setelah Ketua Forum Pemred, Wahyu Muryadi, dari Majalah Tempo, mengundurkan diri pada 18 Juni 2013. Ia mundur setelah disuruh oleh anak buahnya.

Rapat pleno luar biasa itu dipimpin Ketua Dewan Pengawas Ilham Bintang.

Surat Sakti Korlap Wartawan 86 Jelang Lebaran

SUDAH bukan rahasia negara lagi bila menjelang lebaran, para korlap wartawan 86 sibuk mencari uang tambahan alias amplop alias jale alias 86 dsb.

Banyak cara yang mereka gunakan untuk itu. Di antaranya ialah seperti yang dilakukan oleh sekumpulan wartawan di salah satu tempat yang statusnya masih dirahasiakan untuk umum ini.

Jadi begini. Korlap perkumpulan wartawan di tempat rahasia ini menulis surat pernyataan kepada kepala instansi atau lembaga.

Thursday, July 18, 2013

Wartawan Senior dan Humas Pekok

ADA seorang wartawan senior, julukannya Bang Korlap, yang bekerja di dua media. Satu media besar yang kantor pusatnya di Jakarta dan satu lagi media kecil di daerah.

Mengapa ia sudah bekerja di media besar dan berstatus karyawan tetap, tapi masih dobel dengan media kecil? Lidik punya lidik, ternyata itu modus.

Jadi begini operasinya. Ketika Bang Korlap mendapat kiriman rilis dari humas partai ataupun humas perusahaan, ia akan mengirimkan ke media lokal yang fleksibel atau mudah memuat materi rilis.

Hakim: Wartawan Kompas Terbukti Salahgunakan Wewenang Saat Liput Saham Krakatau

Gugatan wartawan Kompas Reinhar terhadap PT Kompas Media Nusantara yang telah berjalan sekitar 3 bulan akhirnya berakhir.

Dalam sidang yang berlangsung kira-kira 30 menit, Majelis hakim Pengadilan Hubungan Industrial DKI Jakarta Perkara No. 40/PHI.G/2013/PN.JKT.PST (Senin 15/7/2013) yang dipimpin oleh Ahmad Sholihin, telah mengalahkan Reinhard secara telak, karena pada tuntutannya Reinhard  meminta agar PHK terhadap dirinya batal, atas tuduhan penyalah gunaan wewenang, meminta jatah saham pada saat meliput IPO saham Krakatau Stell sebagaimana alasan PHK terdahap dirinya. 

Wednesday, July 17, 2013

Wartawan Gaptek Mengira Flash Disk Gantungan Kunci

KALAU ini cerita tentang wartawan gaptek di Ibukota Jakarta. Waktu itu, mereka dapat undangan salah satu operator telekomunikasi.

Setelah konferensi pers selesai, panitia meminta wartawan tidak pulang dulu karena ada pembagian goodie bag.

Berjejerlah sebagian wartawan menunggu jatah masing-masing. Setelah semuanya kebagian, ada beberapa wartawan yang terlihat berduka cita.

Redaktur Desk Kuliner Bangkrut

INI cerita tentang wartawan muda yang liputannya di desk kuliner. Karena tanggung jawabnya tentang kuliner, maka ia pun menulis apa saja tentang makanan, terutama makanan yang jarang ditemukan.

Suatu hari, sepulang liputan, redakturnya terlihat agak cemberut. Waktu itu, si wartawan muda tak tahu apa sebabnya.

Selidik punya selidik, ternyata si redaktur cemberut karena merasa kesal. Anak buahnya selalu ke redaksi hanya membawa laporan.

Monday, July 15, 2013

Sedih, Goodie Bag Disikat Tamu Tak Diundang

Ilustrasi: riceandcholos.blogspot
SUATU hari ada konferensi pers acara konser music di Ibukota. Karena acaranya bakal besar, wartawan yang diundang panitia pun banyak. Bahkan, waktu itu yang hadir ada ratusan orang. Entah wartawan resmi maupun wartawan bodrek.

Konferensi pers berlangsung di salah satu ruang hotel. Ruangannya berdampingan dengan ruang yang siang itu digunakan untuk pelatihan bisnis dari salah satu badan usaha.

Singkat cerita, acara konferensi pers konser music berlangsung lancar jaya. Setelah semua pembicara selesai bicara, acara pun disudahi. Tapi sebelum bubar, panitia akan membagikan goodie bag terlebih dulu.

Humas Kok Rebutan Amplop

INI kejadian yang jarang ditemui oleh wartawan satu ini. Kata dia, kalau biasanya yang rebutan amplop itu wartawan, ini kok malah humasnya.
Sumber gambar: commons.wikimedia.org

Kok bisa. Begini ceritanya. Waktu itu, ada perusahaan yang sedang meresmikan  proyek pembangunan. Karena ini proyek mercusuar, pihak perusahaan pun mengundang pejabat penting dari instansi A untuk meresmikan.  Tapi ternyata, si pejabat instansi A tak bisa hadir.

Walau sang pejabat tidak bisa hadir, humas tetap saja datang ke acara. Bahkan, ia juga mengajak rombongan wartawan untuk ikut menghadiri peresmian proyek mercusuar tadi.

Sementara peresmian proyek mercusuar pun diwakilkan ke pejabat penting instansi B. Seperti biasa, kalau orang nomor satu di instansi B diundang menghadiri suatu acara, humas sudah pasti ikut dan membawa rombongan wartawan pakai mobil dinas.

Singkat cerita, proses peresmian proyek pembangunan itu pun berjalan mulus.

Thursday, July 4, 2013

Wawancara Pengamat Wartawan 86

BARU-baru ini terjadi kasus wartawan media mingguan ditangkap polisi karena menyamar menjadi petugas pemerintah untuk minta uang kepada pemborong bangunan.

Kasusnya sih masih perdebatan. Wartawan itu bilang tidak minta uang, tapi diberi uang oleh pemborong sebagai jasa untuk memuluskan perizinan. Tapi, ada yang bilang, wartawannya memang sengaja minta uang karena tahu proyek itu belum punya izin membangun.
Ilustrasi uang | Foto: Kompas/Heru Sri Kumoro

Kira-kira bagaimana pendapat pengamat wartawan amplop, Si Lae, atas kasus wartawan di atas?

"Itu wartawan abal-abal itu. Juga akibat kebablasan kemerdekaan pers," kata Si Lae.

Kok dikaitkan dengan kemerdekaan pers yang kebablasan?

Wednesday, July 3, 2013

Kisah Reporter Bahagia, Redaktur Sengsara

DI redaksinya, wartawan satu ini dikenal sebagai pakarnya doorprize. Namanya Gentholet. Mengapa ia disebut pakar doorprize. Soalnya, si Gentholet ini terkenal paling gemar meliput acara-acara yang berpotensi ada doorprizenya.

Tak hanya pakar doorprize, di redaksinya, si Gentholet  juga dikenal sebagai wartawan yang kerab keluar sebagai pemenang lomba menulis tentang promosi produk baru. Macam-macam produk. Elektronik sampai urusan dapur rumah tangga.

Pada suatu hari, si Gentholet yang masih berstatus reporter itu dapat hadiah laptop teranyar. Laptopnya dikirim langsung oleh panitia ke redaksi.

Iklan dan Kolektor Foto Mesum Media Online

SEBAGIAN pengelola media online nasional bila bicara di forum-forum diskusi tentang jurnalisme, biasanya mengatakan dengan menggebu-gebu bahwa redaksinya sudah menaati kode etik secara ketat. Misalnya, tidak menampilkan gambar bernuansa pornografi.

Tetapi betulkah demikian? Sebagian besar pembaca, bahkan wartawan sendiri, berpendapat: TENTU SAJA BELUM.

Belum selesai satu problem, muncul lagi problem baru. Di tahun 2013, ada perdebatan baru, bahkan di kalangan jurnalis sendiri, tentang penerapan strategi marketing media online yang nyrempet-nyrempet ke arah mesumisme.

Sunday, June 30, 2013

Curhat Wartawan Ibukota yang Kecewa Beraaaat

ALKISAH seorang wartawan muda dari salah satu media online yang belum pernah menerima amplop atau arahan dari narasumber.

Suatu ketika, ia mendengar cerita tentang perdebatan antara boleh menerima amplop dan menolak amplop. Wartawan muda itu pun penasaran.

Jale atau oleh kerap disebut juga 86, kadang disalahartikan oleh beberapa wartawan. Ada yang menganggap jale itu sesuatu yang wajar (uang terimakasih-red). Namun, sebagian wartawan lagi mengatakan amplop harus ditolak.

Tuesday, June 18, 2013

Kartu Namamu, Kok Cepat Habis?

INI cerita suatu pagi di salah satu redaksi media. Hari itu, petugas sekretariat redaksi membagikan kartu nama baru ke semua awak redaksi.
NET

Satu per satu wartawan datang. Tak lupa si Gentholet, juga ikut mengambil kartunya. Masing-masing orang mendapat dua kotak kartu nama.

Setelah itu, Gentholet tak langsung pergi. Ia masih mengecek kartu.

Sunday, June 16, 2013

Amplop dan Kondom

BEBERAPA hari terakhir, sebagian media massa dihiasi berita tentang Panitia Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) membagi-bagikan kondom merk Meong kepada 100 Pemred yang berkumpul di Nusa Dua, Bali, untuk menghadiri Pertemuan Puncak Forum Pemred, 13-14 Juni 2013.
Foto: Intisari Online

Berita Pemred dan Kondom merk Meong itu ternyata bikin seorang wartawan teringat pada kejadian sekitar enam tahun yang lalu. Kenangan yang membuatnya sangat-sangat sebal.

Enam tahun yang lalu, wartawan ini masih muda. Masih energik-energiknya. Apalagi kalau sudah menyangkut urusan 86.

Sembilan Butir Pernyataan Forum Pemred 2013

PERTEMUAN Puncak Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) se-Indonesia  di Nusa Dua, Bali, Kamis 13 - Jumat 14 Juni  2013 menghasilkan Komitmen Nusa Dua berisi sembilan butir pernyataan.

Pertama, kami sepakat mengajak segenap elemen bangsa untuk fokus dan bahu-membahu mendorong serta mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lebih perkasa dan berwibawa demi menyejahterakan seluruh rakyat.

Kedua, kami sepakat bahwa kebebasan pers itu bukan tujuan tapi alat untuk menyejahterakan rakyat.

Jurnalis Tempo Wafat, Ini Surat Solidaritas Wartawan untuk Menakertrans

Surat Terbuka SoWAT untuk Menteri Tenaga Kerja 
Bapak Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang terhormat,

Jupernalis Samosir (Dok. Pribadi)
HARI Minggu (9/6/2013) lalu, kami, komunitas wartawan yang tergabung dalam Solidaritas Wartawan untuk Transparansi (Sowat) berduka.

Salah seorang rekan/saudara kami, Jupernalis Samosir  (Wartawan Tempo)  berpulang/meninggal dunia dalam usia 46 tahun, akibat komplikasi penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun.

Selama dua tahun terakhir, Samosir berulang kali masuk rumah sakit. Biasanya setelah sembuh, dia hanya akan bertahan sebentar karena tidak lama kemudian dia akan kembali masuk rumah sakit untuk dirawat.

Penyakitnya merupakan komplikasi diabetes, paru-paru dan luka lambung yang kronis. Tidak terhitung uang yang sudah dikeluarkan keluarganya atau sumbangan ala kadar dari teman-temannya untuk pengobatan itu.

Forum Pemred Abaikan Kode Etik Jurnalistik dan Kesejahteraan Jurnalis

ALIANSI Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan Federasi Serikat Pekerja Media Independen (FSPMI) telah mencermati pertemuan  para pemimpin redaksi yang tergabung dalam Forum Pemred di Bali.
(Republika/Maman Sudiaman)
Pertemuan Forum Pemred di Denpasar, Bali Kamis (13/6).
Sebagian besar pemimpin redaksi media dari Jakarta hadir dalam pertemuan tersebut dan tercatat masuk dalam barisan pendiri dan  pengurus inti Forum Pemred.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Presiden SBY, para pemilik media, direksi Badan Usaha Milik Negara, dan  pengusaha swasta kelas kakap asal Jakarta seperti Tommy Winata itu, Forum Pemred telah melahirkan deklarasi yang menjadi kesepakatan bersama para Pemred di Indonesia.

AJI Ingatkan Forum Pemred Indonesia

ALIANSI Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyatakan prihatin terhadap pertemuan Forum Pemred Indonesia yang digelar 13-14 Juni 2013 di Nusa Dua, Bali. Memasuki tahun politik atau setahun menjelang Pemilu 2014, pertemuan ratusan pemred media se-Indonesia bisa menimbulkan spekulasi politik yang tidak perlu.
(Tribunnews.com/Dahlan Dahi)
Suasana Pembukaan Forum Pemred di Bali, Kamis (13/6/2013)

AJI secara organisasi menerima keluhan dari berbagai kalangan terkait sepak terjang Forum Pemred. Para pemimpin redaksi media yang berusaha menjaga independensi news-room mengeluhkan adanya upaya menggunakan Forum Pemred untuk memperjuangkan kepentingan politik tertentu. Forum ini dihadiri bukan saja oleh pemimpin redaksi media, namun juga pimpinan perusahaan, pejabat negara, dan pemilik media yang berkecimpung dalam politik.