Friday, June 1, 2018

Cari Jale Era Digital

TAK hanya era new media, juga ada era new jale. Cara cari jale mengalami penyesuaian-penyesuaian seiring perkembangan teknologi.

Hal-hal yang di era media print dulu tertutup karena modus jale yang diterapkan oknum editor mudah terdeteksi oleh atasan, sekarang nyaris sulit ketahuan.

Contohnya yang dilakukan Bang Korlap ini. Dia bekerja di sebuah media online yang menerapkan secara ketat aturan main jurnalistik. Jadinya sulit untuk meloloskan berita-berita mengandung jale.

Jale Menggiurkan, Syaratnya Cuma Pakai Hyperlink

JALE pun mengikuti zaman. Di era digital, caranya  pun makin kreatif dan sulit terdeteksi kalangan awam

Seperti pengalaman  Bang Korlap  baru-baru ini. Dia dijapri sama seorang marketing lewat linkedin. Setelah basa-basi selesai, si marketing mengajak Bang Korlap kerjasama menaikkan artikel ke situs berita, sama-sama menguntungkan dan rahasia terjamin.

"Maksudnya begimana kakak," kata Bang Korlap. Rahasia bagaimana? Setahunya, jale itu gampang ketahuan sama atasan di redaksi.

"Bang Korlap kan sudah profesional nih ceritanya. Mosok belum tahu triknya sikkkk," kata marketing.

Bang Korlap: Ane Kagak Minta, Kalau Dikasih ya Ambil

UNGKAPAN yang paling sering disampaikan Bang Korlap untuk membenarkan perilakunya adalah begini. "Ane kan kagak minta amplop, cuy. Kalau dikasih yang ane ambil."

"Ane ambil aja amplopnya kalau dikasih. Kan, yang penting nggak mempengaruhi berita yang ane tulis."

"Gini cuy, ane kagak makan sendirian tuh jalean. Itu kan buat makan rame-rame juga kan ama temen-temen di kantor."

Itulah. Tiap kali ngobrol sama Bang Korlap dan dia bilang seperti itu, sudah malas rasanya untuk memperdebatkannya.

Baginya menerima amplop dari narasumber itu nggak apa-apa sepanjang nggak memeras alias meminta. 

PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop