Friday, June 10, 2011

Marketing Artis Baru di Era New Media

SEORANG penyanyi pop ingin terjun ke industri musik nasional. Tapi, kita tahu semua bahwa industri permusikan saat ini sangat kompetitif. Banyak orang ingin mendapatkan keuntungan dari musik.

Sekarang, diproyeksikan kepada diri Anda. Anda diandaikan sebagai seorang pemasar di perusahaan label musik, kebetulan perusahaan ini masih kecil. Anda tahu, penyanyi muda ini memiliki potensi besar untuk dipasarkan. Namun, Anda tidak memiliki anggaran yang besar untuk itu. Apa yang bisa Anda usulkan dalam strategi pemasaran?

Kira-kira seperti itu pertanyaan seorang pengajar di universitas saya.

Lalu, saya menjawab begini. Sebagai seorang pemasar di perusahaan label musik, langkah-langkah berikut ini yang akan saya lakukan untuk memasarkan artis pop potensial ini.

Pertama-tama, saya akan mendefinisikan permasalahannya. Bahwa, industri musik musik pop di Tanah Air bangkit kembali setelah tahun 2000-an. Perusahaan-perusahaan rekaman musik bermunculan dan karena didukung SDM yang bagus dan dana yang kuat, mereka mampu eksis. Mereka mampu berkompetisi dengan label musik yang sudah ada sebelumnya. Walau tak sedikit juga yang kolaps. Kompetisinya begitu ketat. Kompetitif seperti susahnya media baru hidup di tengah era konvergensi media. hehhe..

Karena mereka kuat dengan semua kelebihan sarana dan prasarana, peluang mereka untuk mencapai misi perusahaan menjadi lebih mudah.

Situasi dan kondisinya tentu berbeda dengan perusahaan rekaman yang memiliki keterbatasan anggaran seperti perusahaan ini.  Di era bisnis musik yang kompetitif seperti sekarang, biaya promosi dapat dibilang begitu menyesakkan dada. Dana yang harus dikeluarkan untuk mempromosikan artis sangat berat, padahal promosi cara yang efektif untuk bisnis musik.

Kedua, saya akan menganalisis situasi dan kondisi internal dan eksternal perusahaan dengan berpedoman pada SWOT atau strengths, weaknesses, opportunities, dan threats. Analisis model ini akan membantu kita untuk membuat keputusan strategi dalam memasarkan artis pop muda itu.

Faktor kekuatan dan kelemahan (internal). Kekuatannya adalah artis pop itu ternyata memiliki talenta yang bagus. Dia punya kualitas vokal dan gaya tertentu dan ini bisa jadi nilai tambah. Selain itu, SDM perusahaan juga bagus, mengingat mereka punya banyak pengalaman menangani dalam pemasaran. Ini bisa jadi peluang. Menurut Kotler, Ang, Leong, Tan dalam buku Marketing Management: An Asian Perspective (2003 : 115) peluang pasar adalah bidang kebutuhan atau minat potensial pembeli yang bisa dijalankan secara menguntungkan oleh perusahaan. Ditambahkan, peluang ini bisa muncul dalam banyak bentuk dan pemasar harus terampil untuk mengenalinya.

Tapi, kelemahannya adalah perusahaan ini masih tergolong perusahaan label musik yang kecil. Jauh lebih kecil dibandingkan perusahaan-perusahaan kompetitor. Ditambah lagi anggaran untuk promosi, misalnya saja Nusantara, juga terbatas sekali.

Faktor berikutnya adalah mengukur peluang dan ancaman (eksternal). Peluang yang dimiliki perusahaan ini terbuka luas untuk meledakkan artis baru tadi dari sisi penjualan album, setidaknya mempopulerkan namanya dulu. Salah satunya ialah ditolong oleh kehadiran new media. Banyak saluran media massa yang dapat dipakai untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Sebagai contoh memanfaatkan jejaring sosial facebook, twitter, blog, dan youtube untuk 'berkampanye.'  Bentuk komunitas fans di sana. Dan saluran ini menjadi alat promo gratis alias dapat memotong anggaran promosi. Seperti yang dilakukan oleh Shinta-Jojo dan Briptu Norman.

Teknik promosi melalui jejaring sosial ini disebut juga sebagai viral marketing. Jadi, orang yang pertama menerima pesan dari komunikator, mereka akan menyampaikan ke orang lain, Larson dalam buku Persuasion: Reception and Responsibility (2010 : 13). Dan begitu seterusnya.

Efeknya bisa jadi akan sama seperti yang dilakukan oleh CEO Buzz & CEO, Sumardy, yang kemarin diperiksa polisi karena aksi gilanya dengan mengirimkan peti mati ke beberapa media massa di Jakarta untuk memasarkan karya buku terbarunya ‘Rest In Peace Advertising : The Word of Mouth Advertising.’(sumber: Kompas.com)  Orang akan terus membicarakannya dan dia meningkatkan popularitasnya di mata sebagian masyarakat.

Sedangkan faktor ancamannya, antara lain, mungkin kompetitor juga menerapkan teknik di atas, selain beriklan di banyak media offline maupun online, walaupun mungkin belum optimal.

Setelah menganalisis dengan berpedoman pada SWOT, selanjutnya menentukan target. Targetnya harus spesifik. Saya tentukan berdasarkan usia dan di beberapa kota besar dulu. Jadi, kampanye ini menyasar anak SMA sampai mahasiswa, mengingat lagunya juga lagu-lagu remaja, di Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, dan lain sebagainya.

Tujuannya, dalam enam bulan ke depan, artis baru ini sudah dapat tampil di stasiun televisi swasta yang banyak menayangkan hiburan musik. Dengan demikian, penjualan lagunya bagus. 

Kemudian, dibuat rumusan strategi untuk mencapainya. Strateginya ialah merancang sistem komunikasi yang efektif dengan memanfaatkan kemajuan media massa, jejaring sosial, aksi-aksi kemanusiaan, ikut meramaikan event olahraga, dan mungkin bikin acara sederhana, tapi unik untuk menarik perhatian media.

Strategi ini dicapai melalui program-program berikut ini. Pertama, ikut berkontribusi di kegiatan amal (misalnya Hari Anti Tembakau atau HIV/AIDS dsb), atau yang menarik bagi media massa. Aktif promosi di jejaring sosial (FB, twitter, youtube dsb), menyumbang acara di tempat hiburan malam terkenal seperti di Hard Rock Café yang banyak artisnya atau Ancol, atau menggelar acara unik bernuansa musik dengan mendompleng acara olahraga seperti sepak bola, basket, futsal, reli, dsb. Berkontribusi pada acara-acara yang diselenggarakan para seniman yang memiliki kredibilitas.
Kalau perlu mengadopsi strategi pengiriman peti mati ke media massa supaya langsung jadi berita nasional seperti yang telah dilakukan Sumardy. Hehehhe.. Sumardi adalah seorang penganut konsep pemasaran Word Of Mouth atau disingkat WOM. Ini merupakan suatu bentuk strategi pemasaran yang membikin seorang terus membicarakannya, mempromosikannya, dan menjualnya.

Dan yang tidak kalah penting ialah, lagunya harus disesuaikan dengan tren yang berkembang saat ini. 

Jadi, artis pop ini akan menjadi terkenal dan penjualan lagunya meningkat, bilamana strategi pemasaran di atas diterapkan dengan menjalankan semua program yang telah disusun. Dan yang lebih penting lagi, semua proses ini melibatkan seluruh stakeholders, seperti seluruh kru perusahaan label musik, artis yang sedang dipopulerkan itu, anggota komunitas yang telah terbentuk di jejaring sosial tadi, dan lain sebagainya.

- Ajang diskusi di twitter: @friedsis email: jurnalharian@gmail.com

5 comments:

iwan kurniawan said...

Memanfaatkan jejaring sosial untuk promosi itu memang yang utama bagi penyanyi, selama kualitas suara yang dijual itu bagus. Kita liat saja, banyak artis-artis youtube, bahkan justin bieber pun berasal dari Youtube. Jangan lupa mendekati promosi di radio, biasanya radio itu paling welcome dengan penyanyi artis pendatang baru.
Kalau mempunyai idealisme yang tinggi dalam bermusik, bisa gunakan jalur-jalur indie untuk distribusi dan promosi, karena jumlah penikmat indie pun banyak dan cenderung loyal.
Satu hal yang patut dicermati, yaitu pembajakan. Pembajakan itu di satu sisi merugikan dan di satu sisi menguntungkan. Rugi karena ga dapat royalti, untung, karena lebih cepat populer. Pendistribusian melalui jaringan berbagi gratis di internet merupakan salah satu bentuk pembajakan, namun efeknya luar biasa.
Sedangkan untuk strategi WOM, di Indonesia, khususnya di musik, WOM ini kebanyakan negatif, seperti munculnya foto ciuman atau syur si artis baru, atau seperti Julia Perez yang membagikan kondom bagi setiap pembeli albumnya. Terbukti, album Jupe jadi dibicarakan orang walaupun albumnya tidak laris. Ini yang gw bilang, secara marketing berhasil namun secara penjualan gagal.

gw ga setuju dengan pendapat ini "Dan yang tidak kalah penting ialah, lagunya harus disesuaikan dengan tren yang berkembang saat ini. " Untuk dapat survive dalam industri musik, ga harus mengikuti trend, tapi malah harus keluar dari pakem yang ada agar lebih cepat dikenal orang. Contohnya, SM*SH, boyband itu walaupun banyak dicela namun berhasil mencuri perhatian masyarakat karena melakukan diferensiasi ciri khas dan mendobrak musik Indonesia yang dikuasai lagu (Metal)Melayu Total.

Sorry kepanjangan, hehee... cuma menumpahkan apa yang dipikirkan.

ria haya said...

Thanks untuk pelajaran marketingnya Mas Sis ^^

DS said...

Kalau semua marketer hanya mengejar publisitas, tetapi tidak memperhatikan masalah etika, apa jadinya Indonesia ini....?

Dalam konteks pengiriman "peti mati"- yang katanya strategi WOM - kalaupun buku yang yang dijual si marketer tsb laris, ini hanya membuktikan bahwa masyarakat kita memang lagi sakit. Dalam arti , masyarakat mulai setuju akan bahasa ini: silahkan lu kaget, yang penting gua populer, gua asyik,gua terkenal, teerserah apa kata orang.

Penutup: Apakah itu yang dicari ....?

Siswanto said...

terima kasih teman2, wis pokoke kritik dan saran-sarane ditunggu buat kemajuan marketing Tanah Air...

wayan suhendra said...

Artikel yg bagus, untuk sebuah rencana memang cukup bagus. Namun dimedan perang tdk semulus rencana tersebut, hanya mengukur diri internal dan eksternal, sosmed, dan viral pun tdk akan cukup. Music yg hanya flop dan hilang jg akan merugikan. Utk musik non budget itu harus dimulai 0. Terlebih lg artis anda bukan siapa2. Mulailah dg 1 atau 2 orang di sekitarmu, mintalah pendapat mengenai musikmu, lihatlah tanggapan mereka dg baik, dan jangan membela diri saat dikritisi krn yg anda dengar adalah suara permintaan pasar. Ubahlah gaya bermusik anda seauai dg keinginan beberapa org tersebut. Ketika mereka menyatakan bagus, mulailah membuat jaringan yg lebih luas lagi spt rekan kerja. Lakukan lagi spt aebelumnya, catat semua kekurangan karya anda dan penyanyi anda. Ubahlah kembali karya anda. Sesuai dg keinginan pasar. Anda tdk boleh membangkang krn alasan karakter. Hey yg menikmati mereka, bukan kita. Setelah berubah, cobalah kembali perdengarkan karya anda kpd rekann anda tsb. Stelah dtanggapi baik, barulah ke level yg lbh tinggi. Yaitu putar di depan publik dg sekala yg lbih kecil. Spt taman, pesta pemuda, dll apakah mereka menikmati atau tdk? Jk tdk cobalah mencari tahu knp, stelah itu revisi kembali karya anda. Dan ckbalah kembali pedengarkan krya anda. Setelah mendapat respon yg baik, baru lah kita mencoba ke sosmed. Sosmed adalah tingkat terakhir dr promosi anda, bukan tingkat pertama. Jangan sampai masyarkat sosmed memblacklist anda krn anda terlalu dini mempublikasikan karya anda yg belum matang. Jika masih kurang haslinya, mulailah dr 0 kembali dan peluas wilayah evaluasi anda swbelum di luncurkan ke sosmed.