BAGI Anda yang dikaruniai konsentrasi bagus, tentu tidak jadi soal bila pengunjung lain di perpustakaan tempat Anda belajar, berisik tak karuan. Mungkin Anda tetap meneruskan membaca buku sampai habis, Anda dapat mencerna materi bacaan, Anda dapat maksimal menyerap semua ilmu yang Anda pelajari.
Sayangnya semua orang tidak dikaruniai kelebihan seperti itu. Sebagian orang butuh ketenangan tingkat tinggi untuk berkonsentrasi saat belajar di perpustakaan. Misalnya, mereka yang tengah mengerjakan skripsi, tesis atau menghadapi ujian akhir semester.
Teman-teman itu tentu akan sangat terganggu pengunjung yang bercakap-cakap di telepon atau mengetukkan pulpennya di atas meja. Bisa-bisa terjadi ‘pertumpahan darah’ bila suara berisik itu tidak segera dihentikan.
Itu sebabnya, sebelum berkunjung ke perpustakaan, ketahui dulu apa saja yang sekiranya bisa mengganggu konsentrasi orang lain. Atau mengurangi kenyamanan dan keindahan di tempat belajar bersama ini. Berikut adalah beberapa perilaku buruk itu.
Suara dering telepon
Sebagian orang suka lupa mematikan telepon atau mengaktifkan tanda getar telepon saat masuk ke perpustakaan. Ketika ada panggilan masuk, suaranya akan memecah fokus pengunjung lain yang menginginkan ketenangan.
Bercakap di telepon
Entah sadar atau tidak, sebagian mahasiswa, bahkan yang sudah pascasarjana, sering menerima telepon saat di ruang perpus. Bahkan, suaranya tidak dikecilkan, lalu tertawa seperti di lapangan bola. Pengunjung lain sudah tentu terganggu. Mereka sampai merengut dan geram dibuatnya.
Memainkan pulpen di atas meja
Perilaku ini juga sering terjadi. Mungkin saking stres, iseng, atau gaya-gayaan untuk cari perhatian saja, memukul-mukulkan ujung pulpen menimbulkan suara yang makin lama makin menyebalkan bagi pengunjung lain.
Menggoyang-goyang meja
Ini juga perilaku yang sangat keterlaluan. Mungkin dia pikir sedang belajar di rumah sendiri sehingga bisa bebas menggoyang-goyangkan meja. Karena umumnya meja perpus itu panjang, maka pengunjung lain yang satu meja yang bergoyang itu, akan pecah konsentrasinya.
Bercakap-cakap
Sudah jelas tiap perpustakaan melarang pengunjung untuk bercakap-cakap di ruangan. Tapi, ini sering dilupakan. Mungkin memang percakapan terpaksa dilakukan untuk diskusi, tapi harusnya suaranya dipelankan, mengingat ada orang lain di ruangan itu.
Yang paling sering terjadi, pembicaraan perpus dilakukan seolah-olah sedang berdiskusi di ruang kuliah. Apalagi, cuma bercanda atau melawak saja.
Tertawa keras
Ini juga banyak ditemui di banyak perpustakaan di Ibukota Jakarta. Bahkan bukan hanya pengunjung yang hobi tertawa keras di ruangan, petugas perpus pun juga sama saja. Tentu, ini sangat mengganggu pengunjung yang ingin ketenangan.
Corat-coret
Tangan-tangan jahil memang tidak mengenal tempat. Bangku perpus pun sering jadi sasaran. Bangku jadi kotor oleh aksi corat-coret. Bahkan, coretannya lucu. Si A love si B. Atau macam-macam lainnya yang tidak berguna dan hanya mengotori saja.
Chat di komputer katalog
Di era digital seperti saat ini, kataloq di perpus-perpus Ibukota Jakarta, rata-rata sudah memakai sistem komputer yang terkoneksi dengan internet. Nah, terkadang internet bukan dipakai untuk kepentingan perpustakaan, melainkan untuk chatting, facebookan, twitteran atau hal iseng lainnya. Parahnya, orang lain harus mengantri hanya untuk menunggu pengunjung tadi selesai chat.
Makan dan minum
Bukan karena tidak dibagi makanan dan minumannya. Bukan. Tapi, yang namanya makan di perpus itu jelas dilarang oleh pengelolanya. Ini juga bisa mengganggu konsentrasi orang di sekitarnya. Terkadang, ada pengunjung yang nakal, meninggalkan plastik dan kertas bekas bungkus makanan di meja.
Urun rembug di twitter @MisterLurah
2 comments:
GOOD infonya my friend,
visit me too...
http://dollardarineobuxcomtanpareferal.blogspot.com
http://www.apha.co.nr
Sekali lagi saya ucapkan selamat atas segalanya ( emangnya pernah berkunjung )
berhubung ini kunjungan resmi jadi saya meminta sambutan
hehehe
Post a Comment