SAAT INI sirkulasi surat kabar di Tanah Air mengalami penurunan semua. Kehadiran media online telah membawa perubahan yang nyata.
Soal penurunan sirkulasi surat kabar, investor jenius, Warren Buffett, dalam buku Introduction to Mass Communication: Media Literacy & Culture (2010 : 150) sampai menyebut, “pembaca surat kabar berjalan menuju pemakaman.”
Artinya, akan semakin banyak surat kabar yang gulung tikar karena ditinggal oleh semua pembaca setia yang kini berlabuh ke online. Dalam buku itu, Warren menyatakan, “pembaca bukan surat kabar (internet) baru keluar dari perguruan tinggi.” Dengan kata lain, media online akan tumbuh pesat seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi yang telah mengubah cara orang mengonsumsi berita.
Kehadiran media online memang jauh lebih memikat, terutama generasi muda, dibandingkan dengan surat kabar cetak. Salah satu kehandalan media berbasis internet ini ialah dapat diakses dimanapun, kapanpun, dan informasinya terkini. Tinggal klik atau sentuh layar ponsel, informasi yang diinginkan akan langsung tampil.
Itulah sebabnya, kemudian berkembang media konvergensi. Dalam konteks ini, surat kabar cetak berkawin dengan internet. Seperti media cetak Grup Tempo atau Kompas yang kini dapat diakses via media online mereka.
Tapi, seri tulisan ini tidak hendak membahas soal media konvergen. Tapi saya tertarik untuk diskusi soal bagaimana merancang strategi pemasaran sederhana dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah pembaca media berita online yang masih baru dibangun.
Sebelum masuk ke strategi dan program pemasaran, ada baiknya kita ingat bahwa salah satu tantangan awal membuat situs online ialah bagaimana merancang situs ini atraktif. Sehingga ketika orang melihatnya untuk pertama kali, mereka tertarik dan akan kembali berkunjung.
Sebagaimana dipaparkan Rayport & Jaworski dalam buku E-commerce bahwa situs web yang efektif memenuhi tujuh unsur desain berikut ini. Satu: tata letak dan desain (konteks). Dua: gambar, suara, dan video yang ada di situs itu (isi). Tiga: cara situs mendorong komunikasi antar-pengguna (komunitas). Empat: kemampuan situs untuk menyesuaikan diri sendiri pada pengguna berbeda atau memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan situs dengan kebutuhannya (penyesuaian). Lima: bagaimana situs memungkinkan komnikasi situs dengan pengguna, pengguna dengan situs, atau komunikasi dua arah (komunikasi). Enam: seberapa jauh situs terkait dengan situs lain (hubungan). Tujuh: kemampuan situs untuk memungkinkan transaksi komersial (perdagangan).
Dan pada kesempatan ini, kita akan merancang pemasaran dengan memfokuskan target kampanye kepada prospek yang masih mahasiswa.
Sebelum masuk ke strategi dan program pemasaran, ada baiknya kita ingat bahwa salah satu tantangan awal membuat situs online ialah bagaimana merancang situs ini atraktif. Sehingga ketika orang melihatnya untuk pertama kali, mereka tertarik dan akan kembali berkunjung.
Sebagaimana dipaparkan Rayport & Jaworski dalam buku E-commerce bahwa situs web yang efektif memenuhi tujuh unsur desain berikut ini. Satu: tata letak dan desain (konteks). Dua: gambar, suara, dan video yang ada di situs itu (isi). Tiga: cara situs mendorong komunikasi antar-pengguna (komunitas). Empat: kemampuan situs untuk menyesuaikan diri sendiri pada pengguna berbeda atau memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan situs dengan kebutuhannya (penyesuaian). Lima: bagaimana situs memungkinkan komnikasi situs dengan pengguna, pengguna dengan situs, atau komunikasi dua arah (komunikasi). Enam: seberapa jauh situs terkait dengan situs lain (hubungan). Tujuh: kemampuan situs untuk memungkinkan transaksi komersial (perdagangan).
Dan pada kesempatan ini, kita akan merancang pemasaran dengan memfokuskan target kampanye kepada prospek yang masih mahasiswa.
Mengapa mahasiswa yang jadi target, karena mereka merupakan pasar potensial. Dan tentunya karena mayoritas mahasiswa di Tanah Air sudah melek internet plus memiliki alat komunikasi berbasis internet, misalnya ponsel pintar.
Untuk mengefektifkan kampanye, mungkin sulit bila langsung menyasar ke semua universitas dan mahasiswa, mengingat di Indonesia memiliki 398 kabupaten, 93 kota, 1 kabupaten administrasi, dan 5 kota administrasi. Dan jumlah mahasiswanya buuuuanyak sekali (belum menemukan jumlah tepatnya).
Itu sebabnya, perlu ditentukan dulu, misalnya kampanye tahap awal dilakukan di kota-kota besar yang banyak universitasnya terlebih dulu.
Setelah merancang target, lalu menentukan key stakeholders untuk membantu kampanye media online ini. Siapa key stakeholders-nya, misalnya kita libatkan blogger senior, wartawan senior, pengamat media, pejabat Depkominfo, artis yang aktif di media sosial. Pokoknya figur publik yang cucok-lah.
Nah, sekarang program kampanye di universitas seperti apa? Pertama: bikin pelatihan jurnalistik di kampus dalam kota yang masuk target tadi. Misalnya bagaimana menulis berita, bagaimana mengambil gambar suatu peristiwa untuk media. Ini sebenarnya cara sangat standar dan banyak dilakukan oleh media. Tapi, tetap saja terbukti efektif untuk menancapkan merk media kita di benak mahasiswa. Agar acara ini menjadi lebih menarik, selain acaranya juga dirancang keren, hadirkan key stakeholders ikut menyumbang ilmu dan pengalamannya dengan internet.
Alangkah baiknya bila pelatihan seperti ini tidak hanya sekali dilaksanakan, tetapi rutin. Efeknya akan lebih baik. Karena, selama ini umumnya media hanya menyelenggarakan acara macam ini sekali saja di satu universitas.
Kedua, saat ini internet sudah menjadi bagian dari aktivitas mahasiswa sehari-hari. Kita dorong pihak universitas atau UKM untuk membuat media online internal. Kita bantu memotivasi dan mengarahkan pengelolaannya agar popular dari segi content dan tampilan.
Media ini wartawannya adalah para mahasiswa dan dosen. Kita jelaskan bahwa media online ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang teknologi dan informasi sebagaimana dituntut dalam dunia kerja. Juga dapat merangsang para dosen untuk menghasilkan karya tulis sekaligus mencerdaskan anak didiknya.
Dengan bekal pelatihan yang telah kita berikan secara berkala tadi, rasanya tidak sulit bagi mereka untuk menjadi wartawan kampus. Kita dorong mereka untuk mempromosikan aktivitasnya masing-masing melalui media online kampus.
Nah, di media online kampus itu, kita pasangkan iklan banner media kita agar bisa diakses oleh siapapun dari sana. Jadi, kita dorong supaya mereka menjadi pembaca media sekaligus mengupdate informasi umum teraktual. Dengan demikian, traffic dan media kita jadi bertambah memasyarakat.
Satu lagi, kita berikan penghargaan kepada mahasiswa yang berbakat menjadi jurnalis. Misalnya, kita berikan kesempatan baginya untuk magang.
Mungkin agak sedikit ribet melaksanakan program ini. Tapi kontribusinya kepada media kita akan besar. Kita telah memiliki komunitas besar di kalangan kampus-kampus dan di sana akan berlangsung proses marketing secara terus menerus.
Ketiga, media kita menjadi sponsorship bagi semua kegiatan kreatif. Olahraga, musik, lomba penelitian, dan lain sebagainya.
Nah, apabila semua program yang telah dirancang di atas dilaksanakan dan berjalan dengan baik, maka tujuan media online baru ini untuk lebih cepat memasyarakat, semakin gampang.
- Ajang diskusi di twitter: @friedsis email: jurnalharian@gmail.com
- Ajang diskusi di twitter: @friedsis email: jurnalharian@gmail.com
1 comment:
terimakasih banyak, sangat membanru sekali nih...
Post a Comment