"Bang, sore," kata kawan itu melalui WA.
Belum sempat membalas, Bang Korlap kembali menerima pesan yang membuatnya semakin deg-degan.
"Ijin bang, jika boleh dibantu bang."
Tanpa menunda-nunda lagi, Bang Korlap langsung bilang "mantaaaap." Padahal waktu itu, kawannya belum mengirimkan materi berita.
Baru kemudian sang kawan mengirimkan bahan berita lengkap dengan foto-foto pejabat yang memberikan pernyataan pers.
"Ijin bang. Semoga bisa tayang. Ada titipan dikit buat ngopi bang... hehehe," kata wartawan yang mengirimkan berita pesanan.
Bahan berita sudah dalam tersusun rapi, judulpun sudah dibuatkan.
Bang Korlap tak perlu lagi berpikir keras untuk mencari judul. Tak butuh waktu lama, dia menerbitkan berita itu di media online tempatnya bekerja.
Setelah tayang, dia copy link berita dan mengirimkannya ke kawan.
"Joss bang," kata kawan.
"Siaap," jawab Bang Korlap.
Pada malam harinya, Bang Korlap buka ponsel untuk memeriksa apakah kawannya sudah memberitahu pengiriman "titipan."
Hatinya misuh-misuh karena "titipan" tak kunjung ditransfer. Sampai keesokan harinya juga begitu.
Dia pun mengirim pesan kepada kawannya. "Dancuk."
"Siap salah bang," kata kawan. Usut punya usut, kawan ini ternyata tidak jujur. Dia membawa kabur semua "titipan" dari humas.
No comments:
Post a Comment