Kalangan media massa dinilai kurang giat menyoroti persoalan pendidikan dasar terhadap toleransi dan kerukunan kepada anak-anak, demikian diungkapkan Dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Samsul Ma'arif M.
Arief mengungkapkan, saat ini terdapat tempat-tempat pendidikan terpadu, yang secara tidak langsung ikut menanamkan kebencian dan kekafiran kepada agama lain. Padahal, menurut dia, keadaan ini sangat kontraproduktif terhadap kondisi Indonesia yang multikultur.
“Mestinya pendidikan dasar berkepentingan untuk memberikan pemahaman dasar pentingnya hidup berdampingan, bukan malah memperlebar perbedaan,” kata dia.
Arief mencontohkan, ada seorang anak yang disekolahkan pada sebuah lembaga pendidikan, ketika pulang sekolah, si anak tidak mau bermain dengan tetangganya yang kebetulan berbeda agama.
“Gara-gara dibilang sama gurunya, orang dari agama ini itu, masuk neraka. Dia bilang, kasihan kamu nanti masuk neraka. Lalu timbul cekcok antara keduanya,” kata dia seraya mengatakan, itu contoh kecil yang telah terjadi dan diduga di mana-mana memiliki trend pendidikan yang sama.
Dampak terjauh bagi anak-anak nanti, kata Arief, akan memiliki sifat kurang toleran terhadap perbedaan. Padahal, lanjut dia, fakta sosial di Indonesia penuh dengan perbedaan.
“Mestinya pendidikan justru meng-//encourage// bagaimana hidup berdampingan dalam masyarakat yang plural,” ujar Arief
No comments:
Post a Comment