Phasmina putih. Itu Miss Curcol kenakan hari itu. Kainnya dia gunakan untuk menutup pundak sampai lengan. Tadinya kupikir phasmina yang dia pakai itu adalah kerudung. Kain yang biasa dipakai untuk menunjukkan identitas sebagai seorang muslimah.
Pada waktu masih berpikir bahwa kain putih itu adalah kerudung, aku bertanya-tanya dalam hati sambil bekerja sore itu. Mengapa dia tidak mengenakan kerudung itu. Bukankah dengan berkerudung, dia akan menciptakan kondisi dimana timbul perasaan sangat dekat dengan tuhan. Bukankah dia taat beragama.
Ataukah dia menganggap kerudung merupakan benda yang bakal membatasi kebebasan berekspresi. Kerudung tidak penting karena hanya mengurangi mode dan identitas sebagai perempuan modern jaman ini. Mungkinkah dia punya alasan semacam itu sehingga memutuskan tidak mengenakan kerudung itu.
Kupikir-pikir daripada aku sibuk mempertanyakan dalam hati, lebih baik kutanyakan langsung kepada Miss Curcol. Tapi dia masih sibuk sekali bekerja. Berjalan ke sana, berjalan ke sini. Aku jadi ingat waktu aku menjuluki dia sebagai Miss Setrika. Sebab, cara bekerjanya seperti alat penghalus pakaian.
Begitu dia duduk di depan komputer, entah waktu itu dia sedang menghitung angka-angka atau tidak, aku pertanyakan soal kerudung itu lewat YM. Dia menjawab dan barulah kuketahui bahwa yang dikenakannya itu sesungguhnya phasmina.
Dia mengenakan phasmina untuk membantunya mendapatkan suasana kehangatan di waktu kedinginan akibat air conditioner yang sangat dingin di kantor kami. Phasmina memang bentuknya mirip kerudung. Kain ini memang lebih tepat dipakai untuk bergaya atau meningkatkan estetika pemakainya. Jaman sekarang ini, penampilan memang menjadi tolak ukur kesuksesan. Miss Curcol ini termasuk penyuka penampilan trendi. Sehari-hari dia selalu tampil modis. Menarik sekali.
Kalau begitu tidak perlu kuperdebatkan lagi mengenai alasan dia tidak memakai phasmina cantik itu di rambut berukir Miss Curcol. Sebab, tentu saja tidak tepat. Tidak sesuai asas fungsi. Phasmina bukan untuk alat berkerudung.
Tapi, bagaimana tentang ide berkerudung. Kutanyakan itu kepadanya. Dan dia mengakui bahwa berjilbab bukanlah sekedar cara menunjukkan identitas sebagai muslimah. Nilainya labih dari itu. Berkerudung punya tujuan untuk mendekatkan diri kepada suasana religious dalam kehidupan Islam. Selain itu, memang ada anjuran bagi muslimah untuk mengenakannya. Ini dicontohkan oleh kehidupan para istri nabi dan sahabat-sahabatnya.
Memilih jalan hidup dengan mengenakan kerudung bukanlah suatu keputusan yang mudah. boleh dibilang sangatlah serius. Sebab, ketika seseorang menetapkan untuk berkerudung, maka dia harus menemukan kesadaran akan kebebasannya untuk berjalan di rel rohani.
Tetapi, pengetahuan soal makna berkudung saja tidak cukup. Sebab keputusan mengenakan jilbab juga membutuhkan suatu keikhlasan dan komitmen lahir dan batin. Kira-kira begitu pemikiran Miss Curcol yang diungkapkan kepadaku.
Aku masih penasaran dengan pikirannya. Dia bilang kesadaran saja belum cukup, sebab masih dibutuhkan keikhlasan dan komitmen. Apa maksudnya. Menurutku, ketika orang sudah mencapai tahap kesadaran untuk berkerudung, berarti sesungguhnya sudah final.
Bukankah pengertian kesadaran itu sebagai keadaan dimana seseorang sudah sampai tingkat mengerti dan memahami hal-hal yang dialaminya. Dalam konteks berkerudung ini, berarti keiklasan dan komitmen berada di dalam kesadaran itu sendiri.
Miss Curcol menjelaskan tentang komitmen dan keikhlasan. Memutuskan hidup berkerudung berarti harus rela meninggalkan sebagian kenikmatan dan keindahan duniawi. Contoh sederhananya bercelana dan berkaus ketat yang sedang digandrungi sebagian perempuan-perempuan pada jaman ini.
Selain itu, banyak jebakan prilaku sehari-hari yang kemudian tidak mencerminkan lagi kekerudungannya. Seperti merokok dan lain sebagainya.
Dia takut, kalau orang belum sampai tahap kerelaan meninggalkan hal-hal semacam itu, maka di tengah jalan akan menyesal seumur hidup telah mengenakan kerudung. Itulah inti pikiran Miss Curcol tentang keikhlasan dan komitmen itu.
Kutanya lagi. Miss Curcol sudah tahu makna dan tujuan sekaligus resiko-resikonya. Dan Miss Curcol adalah muslim yang taat. Mengapa tidak berjilbab. Dia menegaskan bahwa memegang komitmen itu super berat. Mengapa orang harus memaksa, kalau memang secara sadar dia belum siap.
Baiklah. Aku mulai memahami bahwa memutuskan mengenakan kerudung yang sederhana itu, memang membutuhkan niat yang sungguh-sungguh. Membutuhkan perenungan yang mendalam. Membutuhkan niat lahir dan bathin. Keiklasan dan komitmen.
Sebab, dewasa ini banyak orang tidak menaruh rasa simpati kepada sebagian perempuan berkerudung. Sebab, motivasi mereka mengenakan kerudung dinilai hanyalah untuk gaya-gayaan dan tidak konsisten. Bahkan tidak tahu tujuan awal dari berkerudung.
Misalnya, kerudung didesain sedemikian rupa mengikui mode yang sedang panas dewasa ini. rambutnya berkerudung, tetapi pakaian padanannya sangat ketat. Fisiknya menyembul ke sana dan ke sini. Itu memang ekspresi dari rasa seni dan kebebasan. Tidak ada yang bisa melarang dan membatasi.
Hmmm, tapi menurutku, realitas itu sama sekali berlawanan dengan pikiran Miss Curcol yang mengatakan bahwa tujuannya berkedurung ialah untuk menutupi aurat. Selain itu, meningkatkan kualitas keimanan di mata tuhan.
No comments:
Post a Comment