Suatu hari, lima wartawan muda datang ke ruang kerja ketua lembaga politik. Mereka mau wawancara tentang konflik antara legislatif dan eksekutif.
Sebagai wartawan yang lama ngepos, tak susah mereka ketemu narasumber. Malahan, setelah tahu topik wawancaranya, sambutan ketua dewan baik sekali.
Singkat cerita, setelah wawancara selesai, mereka duduk-duduk di salah satu tempat untuk transkrip hasil interview.
Tiba-tiba salah satu wartawan bernama Paijo bilang tadi ketua dewan titip amplop. Saat mengeluarkan itu, amplopnya terlihat tebal sekali.
"Amanahnya, mesti dibagi berlima nih kawan-kawan," kata Paijo.
Paijo pun minta persetujuan teman-temannya untuk membuka amplop dan menghitungnya. Betapa terperanjat mereka, isi Rp5 juta.
"Set dah, sejuta-sejuta nih brooo," Paijo berteriak lirih.
Teman-teman Paijo langsung cerita. Rezeki anak soleh niiiiii.
Proses pembagian pun berlangsung cepat, mengingat mereka takut ketahuan teman-teman se-pressroom. Tiba giliran Bagong.
"Sori brow, ane kagak terima. Ente-enter terserah aja. Tapi, gue harus taat etika. Moso, kita hantemin pejabat korup atau terima gratifikasi, kita sendiri terima begituan," kata Bagong dengan wajah serius.
Sontak, teman-temannya terperanjat mendengar orasi Bagong. Hari ini,masih ada orang punya prinsip begitu, kata mereka.
"Udahlah Gong, elu pegang aja nih. Amanah nih," kata Paijo sambil memaksa Bagong memegang uang.
Bagong tetap menolak. Sampai akhirnya teman-temannya menyerah.
Setelah Bagong pergi, Paijo dan teman-temannya sepakat untuk memakai uang sejuta yang ditolak Bagong buat makan-makan.
Sebelum makan, keempat teman Bagong berdoa semoga tak sakit perut karena makan pakai uang yang bukan hak.
PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
No comments:
Post a Comment