Saturday, July 5, 2008

Menengok Revolusi Media di Cina

Ia dikenal sebagai Oprah-nya Cina. Chen Luyu, demikian namanya, sangat populer sebagai pembawa acara bincang-bincang di televisi di Cina. (sumber tulisan: BBC-Indonesia)

Tamu acara Chen Luyu sangat beragam. Dari selebritis hingga orang awam kebanyakan.

Di acara yang ia pandu, mereka menceritakan kehidupan mereka.

Acara berjudul A Date with Chen Luyu (Kencan dengan Chen Luyu) menjadi salah satu bagian penting pergeseran penting industri media di Cina.

Sejak komunis berkuasa di Cina pada 1949, televisi, radio, dan koran praktis menjadi corong pemerintah.

Reformasi ekonomi di berbagai sektor dan kehadiran internet mungkin secara perlahan akan melonggarkan cengkeraman pemerintah terhadap media.

Masa kanak-kanak Chen Luyu dihabiskan di Shanghai pada 1970-an. Dia masih ingat betul hanya ada satu pesawat televisi di kampungnya.

"Semua anak akan duduk di bangku kecil dan menonton televisi yang ditaruh di atas papan yang disangga tiang kayu," kenangnya.

Di televisi itu hanya ada satu atau dua saluran dengan jam tayang hanya beberapa jam perhari.

Namun perubahan kemudian berlangsung. Cina membuka diri, ekonomi tumbuh secara sangat mengesankan dan muncul masyarakat kelas menengah.

Kelas baru ini tidak tertarik dengan gaya propaganda lama pemerintah. Perhatian mereka adalah dunia fesyen, selebritis, dan gemerlap dunia luar.

Reformasi ekonomi berdampak sangat luas terhadap industri media. Stasiun televisi baru bermunculan. Begitu juga dengan koran dan majalah yang jumlahnya ratusan.

Media ini meliput dari kejadian sehari-hari, sepakbola, hingga fesyen.

Analis media Rowan Simons yang berkantor di Beijing mengatakan sepertinya semuanya berubah di tahun-tahun belakangan.

"Rata-rata masyarakat perkotaan bisa menerima lebih dari 50 saluran televisi yang menyiarkan berita, olahraga, hingga film-film. Bahkan sekarang juga muncul saluran khusus seperti belanja dan perjalanan," ujar Simons.

Media di Cina sekarang juga menikmati kebebasan baru untuk melaporkan hal-hal yang sebelumnya tabu seperti HIV/Aids dan kasus korupsi pejabat.

Beberapa koran dikenal karena memuat investigasi kasus-kasus besar.

Acara bincang-bincang di radio juga makin populer. Di acara ini pendengar bisa menelpon ke studio dan menyampaikan pendapat mereka.

Sensor negara

Namun sensor negara belum hilang sama sekali. Pemerintah akan mengeluarkan denda atau hukuman yang berat bila media berani menyinggung hal-hal sensitif seperti demokrasi atau Tibet.

Menurut kelompok-kelompok HAM, jumlah wartawan di Cina yang dipenjarakan pemerintah adalah yang terbesar di dunia.

Acara dari berbagai media elektronik internasional juga sering terganjal sensor.

Perusahaan penerbitan juga semuanya milik pemerintah sehingga mereka bisa dengan mudah menentukan apa yang bisa dimuat oleh koran-koran.

Internet

Namun kehadiran internet mungkin sedikit demi sedikit mengurangi kemampuan pemerintah dalam menyensor media.

Di Cina terdapat lebih dari 100 juta pengguna internet. Jumlah pengguna internet ini hanya bisa dikalahkan oleh Amerika Serikat.

Angka ini diramalkan akan meningkat pesat di tahun-tahun mendatang.

Tidak mengherankan bila kafe internet dengan mudah ditemukan di berbagai kota di Cina.

Para pengguna, terutama kalangan muda memanfaatkan internet ini untuk berselancar di alam maya atau bermain game online.

Namun pemerintah juga aktif bertindak dengan menyensor muatan-muatan yang mereka nilai porno atau terlalu politis.

Jadi kalau anda misalnya mengetik kata "Dalai Lama" atau "hak asasi manusia" di mesin pencari, baik dalam bahasa Cina maupun Inggris, akan keluar beberapa situs web, namun situs-situs itu tidak bisa dibuka.

Situs BBC, baik yang berbahasa Inggris maupun yang berbahasa Cina juga tidak bisa diakses.

Namun beberapa situs berita internasional lain bisa dibuka dengan mudah.

Ini menandakan pemerintah Cina tidak bisa mengontrol seluruh muatan internet.

Beberapa analis yakin pemerintah Cina mulai menelan kekalahan dalam pertarungan mengontrol isi internet.

Analis media Simons mengatakan penetrasi televisi di Cina mencapai 96 persen, pengguna internet 100 juta orang, dan 350 juta warga menggunakan telepon genggam.

Revolusi informasi di Cina telah dimulai dan tidak ada hal yang bisa menahan lajunya.

No comments: