Wednesday, July 2, 2008

Revolusi Koran ke Media Online

Kompetisi ide pengelola media cetak memanfaatkan ranah internet di Indonesia mulai bangkit kembali. Kontan memasang besar-besar iklan text line "senyaman memegang kertas semudah membalik halaman." Mereka mendedikasikan diri sebagai surat kabar digital pertama di Indonesia. www.kontan.co.id. Koran Tempo juga demikian. Apakah karena terbitnya media-media online telah mengambil alih bisnis mereka.

Perkembangan media pemberitaan online sangat maju di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam dua tahun terakhir. Ditandai invasi sejumlah pemodal dengan melakukan investasi dana untuk mengelola pasar media pemberitaan secara digital atau online.

Sekalipun penulis tidak melakukan riset secara khusus soal perkembangan media, pergeseran pemodal dalam melihat peluang bisnis dapat dilihat secara nyata. Studi pengamata di Ibukota Jakarta misalnya, Grup KKG bergerak cepat dengan melakukan inovasi media tradisional. Setelah sukses di cetak, kelompok ini masuk ke media online.

Kompas.com yang sebelumnya merupakan bisnis “sampingan” atau ditempatkan sebagai antisipasi terhadap perkembangan new media yang sewaktu-waktu dapat meledak, ternyata sekarang dapat dikatakan sukses. Beberapa waktu lalu mereka membuat Kompas Reborn.

Sebelumnya, kelompok Mediacom yang melahirkan Koran Seputar Indonesia, pada 2007 lalu mulai merambah media porta, Okezone.com. Pemilik modal grup ini dapat membaca bahwa gaya hidup masyarakat Barat akan mempengaruhi Asia Tenggara, dimana orang-orang ingin mendapatkan informasi secara cepat melalui media online. Prediksi itu tidak meleset.

Okezone.com sebenarnya lebih dulu membuat inovasi pada awal 2008 atau setelah setahun kemunculannya. Beberapa bulan setelah itu, baru ada Kompas Reborn. Muncul dengan penampilan lebih praktis dan memudahkan pembaca berselancar di kanal-kanal pemberitaan.

Sebenarnya, pada saat yang bersamaan di Indonesia sudah berkembang berbagai media online. Misalnya Detik.com sudah ada sejak bertahun-tahun, Hukumonline.com, Indonesiaontime, CNNChanel yang sekarang Inilah.com dan banyak lagi. Kompetisi itu nyata-nyata terjadi. Tempointeraktif.com juga dapat dibilang bukan pemain baru dalam bisnis ini.

Hemat penulis, pergerakan itu merupakan upaya pemilik modal untuk merespon perkembangan peradaban. Dimana masyarakat memiliki sifat dasar ingin mendapatkan pelayanan praktis dalam berbagai hal. Bisa juga kepraktisan itu sendiri didesain para pemodal agar masyarakat masuk dalam lingkaran kapitalisme.

Cerita ini tidak akan mengulas sampai pada tingkatan filosofis mengenai perkembangan itu. Melainkan, melihat dari sisi fakta bahwa pergeseran bentuk media massa ini merupakan sebuah mainan bisnis para kapitalis yang beroperasi di bisnis media informasi.

Media online merambah telah membikin para pengusaha media yang sebelumnya berpikiran bahwa media cetak sudah ideal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Televise dan radio, dianggap tidak akan mampu melampaui pencapaian media cetak dari sisi kedalaman dan kebebasan mengulas sesuatu problem.

Sekalipun televise dan radio memiliki kelebihan sendiri. Tapi tetap tidak memiliki apa yang telah dicapai cetak. Pada perkembangannya ketiga jenis media ini dianggap sebagai media tradisional karena muncul yang namanya new media. Generasi ini datang ke Indonesia seperti ingin menggerus roti media tradisional.

Dengan argumentasi peningkatan pelayanan dan kepuasan terhadap pembaca, pemodal media cetak maupun televisi bergerak. Kompas mulai Kamis 3 Juli 2008 mengeluarkan pemberitaan dalam versi koran digital. Selain Kompas.com, sekarnag ada koran internet Kompas.

Surat kabar Kontan juga demikian, pada awal Juli ini sudah mengenalkan edisi digital. Demikian dengan Koran Tempo. E Paper Tempo. E Paper Kontan. E Paper Kompas. Pembaca dimudahikan lagi dengan konsep koran yang terbit di internet ini. Orang tidak perlu membolak-balik kertas Koran di meja, melainkan tinggal mengklik dan serasa membaca Koran dalam bentuk yang sesungguhnya.

Rasanya, tahun ini semua media cetak nasional maupun lokal, utamanya di Jakarta akan melihat hal ini sebagai bentuk kedekatann dengan pembaca setianya. Revolusi koran agar tidak tergerus media online. Apabila media cetak tidak mengerjakan yang demikian, akan ditinggalkan pembaca, paling tidak harmonisasi yang sudah terjalin akan berkurang.

No comments: