Koordinasi antara wartawan dengan redaktur memegang peranan penting. Misalnya, ia sedang meliput rapat paripurna di DPR. Tiba-tiba ada demonstran berhasil masuk ke ruang rapat dan berorasi. Wartawan ini mesti fokus mendengarkann pembacaan keputusan sidang. Tapi, aksi itu juga tidak kalah menarik.
Wartawan online mendapat tuntutan kecepatan dalam melaporkan berita, mesti cepat mengambil keputusan. Apakah ia melaporkan demo itu, atau mengesampingkannya. Nah, dalam kondisi seperti ini, ia mesti konsultasi ke redaksi.
Media online umumnya tetap mengangkat aksi semacam itu menjadi berita tersendiri. Berbeda dengan wartawan media cetak, ia tidak terlalu terburu-buru membuat keputusan untuk mengambil demo itu. Itu nanti saja.
Setelah koordinasi dan redaktur memutuskan untuk memberitakan aksi, reporter harus menggali data demo. Di samping itu, ia tetap memperhatikan hasil sidang paripurna.
Wartawan ini juga mesti menggunakan sense dalam melihat aksi itu. Apakah perlu memotret atau tidak. Ia mesti menjelaskan ke redaktur untuk membantu memutuskan apakah perlu dikirim fotografer. Sebab, Sebab, berita menjadi menarik dan hidup apabila disertai foto yang bagus.
Mengenai isu yang akan dikembangkan, ini kadang memerlukan diskusi dengan redaktur. Redaktur membuat perencanaan.
Terkadang, reporter bingung saat liputan. Sebab, begitu banyak tema berita, tetapi tidak tahu mesti mengambil apa. Semuanya diambil. Ternyata, semuanya tidak bisa dalam karena tidak fokus.
Karena itu, redaktur bisa membantu memutuskannya. Tidak semua berita dikejar. Ambil yang paling menarik dan yang sedang menjadi diskusi di masyarakat. Bisa juga mengambil tema yang tidak dilihat media lain. Kemampuan semacam ini biasanya dilakukan oleh media yang jeli.
Selain itu, pertemuan-pertemuan rutin antara redaktur kanal dengan reporter juga sangat penting. Gunanya untuk mendengarkan secara langung problem yang dihadapi mereka. Sharing. Dalam bekerja, pasti ada masalah. Problematika ini akan menjadi hambatan besar apabila tidak saling berkomunikasi.
Redaktur bersedia mendengarkan masalah-masalah yang dihadapi reporter. Misalnya, dalam proses laporan ke redaksi. Misalnya redaktur dianggap menyebalkan dan ini mesti disampaikan dalam rapat untuk meng-clear-kan persoalan. Kemudian, masalah sulitnya menembus narasumber dan lain sebagainya.
Rapat secara rutin kadang tidak selalu bisa diikuti oleh reporter. Alasannya macam-macam. Ada yang bosan dengan isi rapat yang itu itu saja. Atau reporter yang tidak mempunyai waktu datang.
Dalam rapat seperti ini, redaktur juga memberikan evaluasi. Isinya mengenai bagaimana kinerja reporter. Cara laporan, cara mengambil sudut pandang, cara menulis dan lain sebagainya. Ia mesti banyak memberikan penjabaran.
Tapi, redaktur tidak harus maha tahu. Dominan. Ia memerlukan sharing juga. Kalau ia dominan dan maha tahu, bisa jadi reporter tidak nyaman. Karena merasa pendapatnya dimentahkan terus menerus.
Koordinasi bukan hanya untuk reporter dengan redaktur, melainkan koordinator liputan juga mesti satu pikiran. Misalnya, mengatur posisi pos reporter, antara mereka mesti bisa bekerja sama. Dengan begitu, sistem redaksi berjalan dengan baik.
Jangan sampai redaktur memiliki keputusan menugaskan reporter A di KPU. Lalu, korlip berkehendak di tempat lain, misalnya di DPR saja. Masing masing mempunyai argumentasi. Atau begini, redaktur menginginkan reporternya diposkan supaya mampu menguasai isu. Jangan sampai terlalu sering reporter mengalami rotasi tempat liputan sehingga pendalamannya terhadap berita buruk.
Sebaliknya, korlip merasa reporter harus terus dirotasi. Alasannya, supaya mengenal medan dengan baik. Persoalan pendalaman isu, merupakan tanggung jawab redaktur di redaksi. reporter tinggal menerima gelontoran isu untuk dikembangkan di lapangan.
Nah, contoh di atas merupakan bentuk tidak ada kerjasama dengan baik. Memang reporter tetap bisa membuat laporan. Tetapi, kecenderungannya tidak fokus. Sebab, mereka mengetahui tidak ada kerjasama tim yang baik. Berbeda halnya bila koordinator mereka bekerja dalam kerangka satu semangat.
No comments:
Post a Comment