SORE-SORE, tiga wartawan muda sedang duduk-duduk di tangga kantor lembaga pemerintah. Kelepas-kelepus menghisap rokok. Tak lama kemudian, dari tangga terdengar bunyi sepatu. Ternyata, yang datang seorang wartawan senior. Agaknya, senior yang rambutnya beruban ini sangat buru-buru.
Begitu sampai di bawah, dia mendekati ketiga wartawan. Lalu, mengajak ketiganya naik ke lantai dua. Para wartawan muda yang baru liputan di kantor ini pun mengikuti si senior. Soalnya, si wartawan ubanan itu bilang pejabat A akan menyampaikan pernyataan penting terkait kebijakan pemerintah.
Sesampai di atas, tampak pejabat A sedang bicara dengan pegawainya. Para wartawan tidak langsung menemuinya, melainkan menunggu dulu sampai si pejabat selesai dengan urusannya.
Nah, begitu si pejabat selesai bicara dengan pegawai, si wartawan senior buru-buru mendekatinya. Ketiga wartawan pun ikut sambil menyiapkan kertas tulis untuk mencatat hasil wawancara.
Sesampai di depan pejabat A, si senior mengenalkan ketiga wartawan baru tadi. Setelah itu, tiba-tiba dia minta pamit. Sambil pamitan, dia minta uang transport untuk empat orang.
Ketiga wartawan muda kaget menyaksikan kejadian itu, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, kejadiannya seakan-akan berlangsung begitu cepat dan di luar dugaan.
Karena si pejabat A sudah mengenal si senior, permintaan uang itupun dipenuhi. Beberapa lembar uang pun segera pindah ke kantong celana si senior. Setelah itu, para wartawan pun pergi.
Sesampai di pelataran parkir, si senior pun membagi-bagikan uang dengan terlebih dulu menyunat jatah ketiga temannya. Wartawan muda pertama yang menerima uang dari si uban nampaknya geram sekali. Bukan soal pemotongan uang,tapi perilaku si senior yang sangat keterlaluan. Dia pun melemparkan uang itu ke muka wartawan senior di depannya.
2 comments:
weleh, ini beneran? ga berantem tuh? eniwei, pa kabar sob? dah lama kita gak ngobrol. :)
kabar baik... sukses selalu ya
Post a Comment