Tuesday, December 22, 2009

Sebenarnya Waraskah Orang Yang Merasa Waras

Pak Johny namanya. Kutaksir umurnya sekitar 40 tahun. Kalau pakai konsep manusia waras dan kurang waras, beliau masuk kategori kurang waras. Kasihan betul nasib Johny semalam. Seorang bapak menampari wajah Johny dengan kalap. Johny jadi bulan-bulanan oleh pukulan dan tamparan bertubi-tubi.

Sambil memukul, bapak kalap itu bilang Johny telah meninju putranya. Beberapa orang, termasuk wanita yang mungkin istri si kalap, mencoba menahan bapak kalap agar menyudahi penganiayaan terhadap Johny malang. Tapi itu tidak menghentikannya.

"Ampun pak, ampun, ampun pak," kata Johny. Bapak kalap makin gelap mata. Dipukulinya wajah si Johny. Aku di balkon kosanku dan tidak bisa berbuat banyak melihat kekerasan ini. Ada ibu-ibu yang bilang sebenarnya Johny tidak bisa disalahkan begitu saja karena sebenarnya anak yang dipukulnya memancing-mancing kemarahan Johny sampai keterlaluan.

Siapa yang tidak waras sesungguhnya. Johnykah atau bapak kalapkah atau wargakah yang tidak berusaha keras mencegah penaniayaan terhadap Johny. Inilah yang disebut penghakiman sepihak. Orang-orang yang mengaku waras dan menganggap Johny tidak waras, mengapa tidak menggunakan kewarasan dalam menyelesaikan masalah.

Kewarasan dalam konteks kasus ini yaitu bercirikan kesediaan meneliti lebih dulu sebab musabab Johny sampai memukul anak. Betulkah Johny tanpa alasan kuat sampai melakukan itu. Bukankah selama ini Johny tidak pernah mengganggu siapapun termasuk anak. Kata orang sini, Johny adalah orang baik dan berperilaku sopan terhadap warga.

Buktinya, dia diterima secara iklas di lingkungan sekitar kosku. Bahkan dia bebas tidur di bangku kayu dekat tempat parkir mobil rumah pak RW. RW pensiun menjabat RW. Orang-orang sinipun selalu memberi dia makan dengan gratis.

Tapi mengapa bapak kalap itu begitu beringas dan tanpa ampun. Tanpa meneliti. Tanpa minta pertimbangan. Memukul. Memukul. Johny lari, lalu dikejar untuk kemudian dipaksa lagi menerima hantaman demi hantaman hingga merintih dan minta ampun. Hampir saja Johny malang ditubruk mobil yang sedang mundur menuju tempat parkir pak mantan RW. Dan bapak kalap seperti menikmatinya.

Pak Johny malang. Percayalah anda manusia baik. Engkau tidak melawan. Kalau anda mau melawan, pasti anda jauh lebih perkasa. Anda memberikan wajah dengan iklas untuk memuaskan kemarahan bapak dari anak yang kau pukul tadi. Kau memang tak minta maaf secara lisan karena kau pasti juga tak didengar. Kau pasti sudah sadar soal itu.

Kepasrahan anda menerima perlakuan kasar itu menjelaskan bahwa anda berani mengakui kesalahan telah memukul anak, walau aku yakin Pak Johny tak 100 persen salah. Kau melakukan itu pasti karena betul-betul dibuat sangat tidak manusiawi oleh anak itu. Perlakuan anak itu pasti sudah di luar batas kesopanan. Aku dulu juga pernah melihat anak-anak sini mengejekmu habis-habisan. Dan kau memilih senyum-senyum dan menghindari mereka. Aku yakin, kau sampai meninju anak bapak kalap itu sebenarnya ingin mununjukkan eksistensimu. Itu hanya bentuk komunikasimu agar mereka yang bilang orang paling waras itu menganggapmu ada.

Johny telah menunjukkan kepadaku secara gamblang. Sebenarnya siapa yang tidak waras di dunia ini. Beliau jauh lebih waras dari manusia-manusia yang menganggap diri mereka waras. Pak Johny tidak pernah mengambil makanan dari yang bukan haknya. Dia tidak mengambil uang dengan cara haram.

Bahkan kalau beliau ingin merokok, mesti keliling kampung untuk mencari puntung sigaret. Dia tak pernah mengemis kepada orang waras. Kau hidup dekat dengan alam. Teman sejatimu adalah nyamuk. Kau berikan darahmu secara gratis kepada nyamuk. Hidupmu mengalir bagai air sungai. Johny tidak berontak dunianya.

Sungguh cerdas kau Johny, kau tunjukkan kepada kami semua yang tinggal di kampung ini bahwa bapak kalap itu adalah orang gila yang sesungguh-sungguhnya di dunia yang gila segila-gilanya ini.

---Kemayoran

6 comments:

Galuh Parantri said...

Tapi gue yakin yang nulis ini nggak gila kan?meski idup di dunia gila dan punya warga yang dianggap gila di kampungmu? :)

Nice!
Akhirnya ini dibaca pagi hari, bukan semalam waktu listrik mati, apalagi untuk pengantar mimpi.

Bukan manusia mas Sis kalau tidak merasa paling benar. Makanya si bapak kalap itu menghakimi di Johny.

Kalau dirimu, sudah pernah berbagi apa dengan Johny? Salam ya buat Johny ...:)

Siswanto said...

aku dan pak johny teman baik walau tak pernah ngobrol. beliau suka rokok, kalau aku kebetulan lagi beli rokok di dekat tempat tidur dia, tak kasih sebagian juga ke dia. jadi deh kita ngrokok bareng. kami sering juga nonton tivi bareng pas aku lagi nunggu penjual pulsa melayani voucher.. hehehe.. ya salahmu tak sampaikan nanti.. salam sayang dari galuh..

Galuh Parantri said...

friendship without talking...:)

salam sayang, make cium ya *jadi lo kudu cium pak Johny! :P

Siswanto said...

wadooooo.. hahahha.. nganggo cium juga ke pak johny. gak mau deh luh.. kamu aja sana..

Galuh Parantri said...

:p Kok gue, wong aku nitip ke kowe kok..piye seh ? hahahhaha

Anonymous said...

Leres Pak Sis Luwak, pokoke kenthir kabeh....