Tuesday, May 11, 2010

Kagum Sama Mahasiswa KKN (1)

Sewaktu masih tinggal di kampung Mangrih, Mojopuro, Jatiroto, Wonogiri, saya sangat kagum dengan anak-anak mahasiswa dari kota yang KKN di kampung. Mereka dekat dengan kepala desa dan bisa mengobrol bebas. Tanya apa saja dan mencatatnya di buku.

Rasanya luar biasa sekali bisa dalam posisi seperti mahasiswa KKN itu. Duduk sama tegakknya dengan kepala desa atau orang yang sangat kami hormati dan segani di kampung.

Misalnya, mencari tahu hal-hal yang sungguh buat saya, anak kampung, mustahil ditanyakan kepada kepala dusun. Misalnya soal tata kampung, rencana pembangunan, hasil pembangunan, juga menyinggung soal dana pembangunan.

Luar biasa, pikir saya. Pengalaman-pengalaman semacam itu selalu kutemukan setiap tahun, setiap kali anak-anak mahasiswa kota datang ke kampung saya. Lama-lama itu membangun keinginan saya untuk bisa seperti mereka. Kekaguman terhadap para mahasiswa KKN terekam terus.

Anak kampung. Yang setiap hari hanya bergaul dengan kambing dan sapi. Rumput dan berladang. Terkadang dapat oleh-oleh cerita-cerita luar biasa dari paman-paman kami yang baru tiba dari Ibukota Jakarta yang jauuuuuuh letaknya dari kampung.

Orang tua saya yang bekerja di Solo, juga kadang-kadang punya cerita mengagumkan tentang betapa orang kota itu punya kebebasan berpikir dan berpendapat serta perilaku hidup. Orang-orang kota selalu digambarkan sebagai manusia yang sadar dengan eksistensi pribadinya.

Hati saya selalu bergetar setiap kali mendengar cerita hebat dari kota. Para mahasiswa dan betapa hebatnya mereka karena bisa berkomunikasi bebas dengan para pemimpin kampung saya, bagi saya itu sangat menantang.

Sewaktu sudah agak besar, saya berpikir tentang profesi wartawan. Itu karena saya sering dengar radio berita dan siaran berita di TVRI. Mereka sangat hebat. Tapi saya tidak tahu proses keredaksian mereka. Tapi kira-kira cara kerjanya seperti mahasiswa KKN tadi, tanya-tanya lalu jadi berita.

Sungguh profesi wartawan sangat mengagumkan. Pikir saya pada waktu itu, profesi ini pasti bukan sembarangan, orang-orangnya pasti menarik. Orangnya pasti suka berpetualang. Turun kampung, ketemu para pemimpin dan orang-orang berpengaruh lainnya.

Dalam hati, apa saya bisa menjadi seperti itu. Mana ada orang kampung bisa jadi seperti itu. Yang ada ya petani, buruh kasar. Paling-paling berdagang di kota. Di keluarga saya dan orang kampung saya, tidak ada yang sehebat itu, pikir saya.

2 comments:

Galuh Parantri said...

Wah,penasaran lanjutannya..

Siswanto said...

tunggu yo.. makasih wis moco. P