ADUH, mas wartawan yang biasa dipanggil Den Bagus ini masiiiih saja seperti anak kecil. Manja banget. Manjaaa deh pokokna, begitu kata teman-temannya.
Tiap kali liputan, ia berpegang pada peribahasa: sekali mendayung harus dan harus 86 pulau terlewati.
Artinya, setiap selesai wawancara narasumber haruslah memberikan uang transport.
Tiap datang ke humas pemda atau swasta, haruslah ada amplop saat pulang. Tiap datang ke acara rilis kasus kriminil di kantor polres atau polsek niatnya mencari 86.
Bahkan, datang rumah pacar pun, inginnya dapat sesuatu yang romantis. Maksudnya romantis: rokok makan gratis.
Nah, ini dia pengalaman buruknya di suatu hari. To the point sajalah ya. Jadi, waktu itu dia dapat undangan untuk meliput acara peresmian hiburan. Anda sudah bisa menebak dong, keinginan terselubung Den Bagus di balik datang ke acara itu.
Usai acara, dia duduk-duduk manis dekat meja humas atau panitia. Harap-harap cemaslah dia karena tak kunjung ada yang memanggil.
Sampai kaki kesemutan, sampai pegel, dan sampai putus asa dia di sana. Endingnya NIHIL AMPLOP.
Saking mangkel hati Den Bagus, sepulang dari liputan hari itu, dia hapus nomor telpun humas, dia hapus PIN BB humas, dia hapus alamat email humas yang telah mengundang dirinya. Sebel.
Bahkan, keesokan harinya ketika dia dapat email rilis lagi dari humas yang telah mengecewakannya, dia langsung reply all. Maksudnya, ia tak sudi lagi memberitakan aktivitas humas tadi. "Sebel, sebel, sebel," tulis dia di Twitter.
PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral
di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita
lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba
tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
No comments:
Post a Comment