Thursday, December 19, 2013

Bang Korlap, Si Wartawan Tak Modal

TEMAN-teman satu tempat liputan sering mengatakan, mungkin sudah dari sononya Bang Korlap tak pernah modal. Wah. Mengapa bisa sebegitu parahnya menyebut Bang Korlap, si wartawan terkenal itu?

Lihat saja, makan siang di kantin seringnya dia minta ditraktir teman. Sekalinya mengajak teman-temannya makan siang, bukannya ramai-ramai pergi ke restoran, tapi bergabung ke acara makan siang tempat konferensi pers.

Tak hanya itu, ketika liputan berita kemana-mana, ia memilih menumpang kendaraan teman supaya tidak perlu keluar uang bensin. Bahkan, pada waktu hendak mengirim berita ke redaksi, Bang Korlap hobinya kloning laporan orang lain.
Suatu hari, setelah menikahi gadis anak kepala dusun, Bang Korlap berencana untuk membangun rumah sendiri di dekat jalan besar. Mungkin beliau malu karena terlalu lama tinggal di Pondok Mertua Indah. Lama Bang Korlap memikirkan rencana itu sebelum benar-benar melangkah.

Akhirnya di pertengahan tahun, ia pun bertekad bulat memulai tahap pertama pembangunan rumah sendiri. Ia tak peduli walaupun pada waktu itu modalnya masih sangat terbatas. Ia berani memutuskan karena merasa memiliki beberapa ide yang bagus di kepala.

Apa ide Bang Korlap? Sederhana saja.

Pertama-tama, Bang Korlap menelepon seorang kepala dinas bidang pekerjaan umum kenalannya. Ia meminta bantuan untuk mengadakan material, seperti pasir dan batu, seikhlasnya saja.

Kedua, Bang Korlap menghubungi kepala dinas perhubungan yang beberapa minggu lalu diwawancarainya. Ia mengetuk hati pejabat tersebut untuk membantu membelikan semen dan besi, seikhlasnya saja.

Ketiga, Bang Korlap menghubungi salah satu pejabat hubungan masyarakat, yang beberapa hari lalu buatkan  profil di media tempatnya bekerja. Kepada humas, Bang Korlap bercerita tentang pembangunan rumah. Kali ini, ia tidak menyebut bantuan yang diinginkan. Seikhlasnya saja.

Sesuai rencana, material untuk membangun rumah pun berdatangan. Tapi sampai beberapa minggu kemudian, ternyata proyek belum juga dimulai.  Selidik punya selidik, ia masih agak pusing memikirkan biaya untuk para tukang bangunan. Siapa lagi ya?

PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop


No comments: