Friday, July 17, 2009

Memaknai Kebebasan dari Mbah Surip

Beberapa hari ini, nada tunggu telepon genggam fungsionaris Partai Gerindra, Haryanto Taslam, berubah. Lagunya tidak lagi bertema kampanye calon presiden Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto, melainkan, ‘tak gendong, ke mana-mana, tak gendong…”

Itu adalah lagunya Mbah Surip. Seniman yang kehadirannya seperti keajaiban di blantika musik Indonesia. Pelan-pelan tapi pasti, melejit.

Haryanto menyukai karya Mbah Surip. Itu sebabnya, Haryanto memutuskan langsung mengganti nada tunggu teleponnya.

Mbah Surip. Namanya mulai sohor belakangan ini. Selama ini dia bergabung dengan beberapa komunitas pecinta seni. Antara lain, komunitas seniman Teguh Karya, Aquila, Bulungan, sampai komunitas seniman di Taman Ismail Marzuki.

Dengan gaya slebor dan tawa khasnya, Mbah Surip kemudian menapak dunia rekaman. Lalu dia merekam albumnya di cakram rekaman. Antara lain Ijo Royo-royo (1997), Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003) dan Barang Baru (2004).

Sosok Mbah Surip ini begitu digemari oleh fans-nya. Dia dianggap tokoh yang mewakili orang dengan jiwa bebas. Berpikiran bebas. Dan semangat hidup dan berkarya dengan bebas pula.

Itulah yang menginspirasi Haryanto Taslam. Kebebasan semacam itulah yang harusnya menjadi tujuan.

Gaya fisik Mbah Surip tidak perlu diperdebatkan secara serius. Tapi bagaimana dia mampu mengekspresikan apa yang jadi keinginannya itulah yang menarik dan perlu jadi bahan diskusi.

Mbah Surip ingin menjelaskan bahwa menjalani dan menuntaskan hidup ini kuncinya ialah semangat dan bebas itu. Bebas dalam pengertian tetap sadar bahwa orang lain juga memiliki kebebasan hidup di dunia ini.

Si embah itu juga telah menjelaskan bahwa orang yang tidak boleh begitu saja dikendalikan oleh konsep-konsep yang dianut pada umumnya masyarakat. Karena jika hal ituyang terjadi, maka orang akan terkungkung dan tidak lepas. Kebebasan Mbah Surip dimunculkan lewat karya dan gaya hidupnya.

Gaya Mbah Surip memang berbeda dengan orang yang menjalani bidang profesional lainnya. Tetapi, dalam konteks ini, yang terpenting ialah masing-masing professional itu memiliki kebebasan pikiran sehingga memiliki semangat yang maksimal.

Sekarang ini banyak orang yang tidak mampu berpikir merdeka. Sebab, mereka hidup dalam lingkaran tekanan-tekanan atau batasan-batasan yang diciptakan sistem tertentu.

“Where are you going? Ok I'm where are you going? Ok my darling.”

No comments: