Siapa orang Indonesia yang tak kenal Sujiwo Tejo. Sujiwo dikenal sebagai seorang dalang dengan gaya eksentrik, musisi etnik, pelakon, dan penulis. Dia juga tipe orang yang ngeyelan (suka berdebat).
Ada satu sisi lagi dari dia. Pria kelahiran Jember 1962 ini adalah pengikut golongan putih alias golput jika tiba waktu Pemilihan Umum. Puluhan tahun pikiran Sujiwo Tejo diselubungi sikap pesimistis dengan hasil Pemilu. Tejo pun menjauh dari segala macam pernik Pemilu.
Itu dulu. Tahun ini ada perubahan radikal dalam alam pikir yang berambut gondrong itu. Tejo mendapat pencerahan yang menuntunnya agar tidak Golput lagi pada Pemilihan Presiden 8 Juli 2009.
Yang membuat Sujiwo Tejo sadar ialah wejangan orang tuanya. “Kata orang tuaku, hidup jangan hanya untuk diri sendiri,” kata Tejo yang baru-baru ini mencukur pendek rambutnya demi bermain di film Calo Presiden.
Sekarang dia sudah optimistis. Menurutnya orang harus punya pilihan politik. Tapi pilihan itu harus jujur, bukan atas kehendak dan kepentingan orang lain. “Pertimbanganku agar pemilihan ini bisa lebih baik. Aku ingin Indonesia ini lebih baik,” kata mantan wartawan Harian Kompas itu.
Lalu siapa yang akan dipilih Sujiwo Tejo pada 8 Juli nanti? “JK (Jusuf Kalla) – Wiranto.”
Bagi Tejo, duet JK-Wiranto telah mendobrak mitos bahwa yang pantas memimpin Indonesia hanyalah orang Jawa. Tapi kehadiran JK yang merupakan representasi etnis Bugis dan Wiranto mewakili Jawa telah mementahkannya.
Tejo mengatakan suksesnya Kerajaan Sriwijaya di masa lalu menguasai Nusantara bukan hanya karena etnis Jawa. Tapi dibantu oleh etnis-etnis lainnya.
Itu sebabnya Tejo tidak setuju dengan mitos bahwa hanya Jawa yang unggul. Dia mengatakan justru sebaliknya, kekuatan Nusantara ada pada keanekaragamannya.
Secara pribadi Tejo menyukai pembawaan JK yang orisinil. “Ceplas-ceplos,” katanya. Ceplas-ceplos yang dimaksud Tejo ialah cara JK bicara di depan publik selalu cair, tidak dibuat-buat, dan penjelasannya rasional.
“Bayangkan, betapa capeknya kalau berteman sama orang yang penuh aturan dan kaku,” katanya.
Itulah sebabnya Tejo yakin JK-Wiranto serius untuk membangun Indonesia lima tahun ke depan. Salah satu bentuk kecintaannya pada duet itu, Tejo dan Ipank Wahid merancang iklan kampanye politik. Skenarionya dibikin Tejo, sedangkan visualnya oleh Ipank.
Ide pembuatan iklan muncul pada 8 Juni 2009. Setelah konsepnya disetujui tim JK-Wiranto, mulailah iklan itu digarap 27 Juni 2009.
“Setelah iklan muncul, lumayanlah hasilnya. Ada orang yang kemudian mempertimbangkan ulang untuk tidak pilih calon presiden, selain kepada JK,” kata drop out Institut Teknologi Bandung itu.
Tapi, ada juga orang mengritik. Misalnya mengapa dalam iklan itu Tejo harus bilang bahwa demi ibunya, Sulastri, maka tidak golput. “Kata mereka, demi itu harus demi Allah, bukan yang lain. Tapi, bagiku, ibuku itu sangat dekat denganku,” katanya.
Dia menggambarkan kecintaannya pada ibu. Waktu kecil, setiap kali hendak pergi, Tejo selalu sujud di depan pintu dengan menghadap ke arah utara dan selatan. Lalu, ibunya diminta untuk melangkahi badannya.
(Penulis: wes yo ceritanya. Ini dulu. Bahan ceritanya masih ada sih, nanti disambung lagi.... ;-)salam VIVAnews)
No comments:
Post a Comment