Thursday, October 29, 2009

Kisah Tiga Wartawan Amplop

Serombongan wartawan mingguan senyum-senyum setelah selesai wawancara kepala dinas. Naik motor dengan wajah sumringah. Sepanjang jalan bersiul-siul. Selidik punya selidik, ternyata mereka baru saja diberi amplop oleh pak kepala dinas.

Sebelum pembagian ‘jale,’ uang sogokan untuk wartawan, wartawan yang tadi diserahi amplop oleh kepala dinas pergi ke tukang tambal ban. Sedangkan yang lainnya menunggu di masjid.

Wartawan B: “Waduh, senangnya hari ini.”

Wartawan C: “Mudah-mudahan isi amplopnya banyak. Kira-kira berapa liter (jumlah) ya”

Wartawan B: “Aku mau beli telepon genggam baru sama mau dugem nanti malam.”

Wartawan C: “Aku mau bayar kos sama buat bayar utang.”

Tidak lama kemudian datanglah wartawan A yang membawa amplop. Mereka semua girang bukan main. Ketawa-ketiwi dan saling sindir-sindiran. Mereka yakin isinya memuaskan seperti hari-hari biasanya.

Wartawan B dan C: “Ayolah buka, coy.”

Wartawan A: “Siap komandan.”

Setelah dibuka, amplop itu isinya recehan Rp 5.000 tiga lembar, jauh dari harapan para wartawan yang suka menerima sogokan itu. “Asu,” kata mereka.

4 comments:

Anonymous said...

boleh juga tuh keberaniannya calon reporter. hahaha

Siswanto said...

lho, kok keberanian. salah kasih komentar kowe ya.. hahahhaa.. apa maksudmu keberanian nodong duit sama pak camat...

mas andri said...

Gw demen umpatannya, "Asu." Hahaha.

Siswanto said...

nek misuh, kok diapalne banget koe ki. wakaka