Tiba-tiba terjadi ketegangan antara cicak dan buaya. Ini terjadi ketika cicak menemukan ketidakadilan yang melibatkan buaya. Ceritanya, kata cicak ini hanya untuk menjelaskan posisi yang lemah (KPK). Sedangkan buaya untuk menggambarkan posisi yang lebih garang (polisi).
Cicak: “Aku ingin memeriksamu”
Buaya: “Cicak kok memeriksa buaya, mana bisa”
Cicak: “Kamu mau mendukung tegakkan hukum di negeri ini tidak?”
Buaya: "Bagaimana ceritanya. Tidak mau, karena kamu mau memenjarakanku”
Cicak tidak hilang akal. Dia memancing buaya dengan kata-kata agak pedas. Tujuannya agar Buaya sadar. “Masyarakat juga tahu kok kalau kamu ini buaya”
Buaya: “Emang. Kan bukan rahasia umum.”
Cicak: “Misalnya buaya darat.”
Buaya: “Buktinya apa”
Cicak tidak menjawab karena berpikir panjang. Sebab, tiba-tiba kepalanya ditodong pakai tombak yang sangat tajam.
Buaya: “Jadi, kesimpulannya apa. Jawab! Kamu ngerecokin saja. Buaya kok dicicakin”
Cicak: “Benar-benar kriminalisasi”
Maka di negeri tempat para hewan ini hidup sepanjang tahun selalu terjadi pelanggaran hukum.
1 comment:
cicak kok wani wani karo boyo..
Post a Comment