Dua orang mahasiswa filsafat ingin main catur ketika tiba waktunya istirahat kuliah. Sebab, perpustakaan kebetulan sangat penuh pengunjung hari itu. Tapi masalahnya, catur satu-satunya yang ada di unit kemahasiswaan sedang dipakai mahasiswa lainnya.
Mahasiswa : "Bagaimana caranya ini supaya kita bisa bahagia dengan catur"
Mahasiswi: "Hmmm, aku juga sedang berpikir keras"
Mahasiswa: "Aku punya ide cemerlang"
Mahasiswi: "Oh ya, semenarik apakah idemu"
Mahasiswa: "Kita tidak memerlukan bidak beneran dalam arti fisik. Kita main catur pakai imajinasi saja"
Mahasiswi: "Wow"
Mahasiswa: "Yeah... ini nyata"
Mahasiswi: "Mmm. oke, kupikir sangat menarik itu. Kalau begitu, marilah kita mulai main catur dengan sudut pandang filsafat."
Jadilah mahasiswa dan mahasiswi itu bermain catur siang itu. Seru sekali karena diselingi juga dengan perdebatan. Misalnya mengapa kuda harus selalu jalan membentuk huruf L. Mengapa raja justru hanya boleh berjalan satu langkah saja.
Lama-lama permainan mereka jadi perhatian mahasiswa-mahasiswa lainnya. Jadilah permainan catur dengan sudut pandang filsafat itu tontonan yang ramai. Masing-masing orang kemudian ikut berdebat. Gilakah atau menggilakah kedua mahasiswa ini, kata para mahasiswa yang mengerubungi pemain catur filsafat.
2 comments:
dasar wong edan kalian. abis main catur kok gak diberesin... (caturnya saja tidak nyata) edan... (joe)
percaturan yang butuh papan catur besar..
filsafat yang bagus.
thx bwt ide'y.
Post a Comment