Wednesday, October 28, 2009

Shalat Menghadap ke Timur

Anwar nama temanku. Lengkapnya Anwar Khumaini. Dia wartawan Detik. Semasa kecil dia adalah anak pesantren. Walau setelah dewasa dia tidak nyantri banget, dia tetap shalat lima waktu walau kadang bolong juga.

Kami lelah sekali setelah nonton beberapa film kontemporer dan ngobrol rupa-rupa pengalaman di TIM. Maka, malam menginaplah dia di kamar kosku Kemayoran, Jakarta Pusat.

Sebelum tidur, Anwar shalat dulu. Rupanya, dia belum shalat Isya. Lalu, kutunjukkan tempat mengambil air wudlu. Kupinjami sajadahku yang belum pernah sekalipun kupakai untuk shalat.

Setelah itu Anwar bertanya kepadaku, “Di mana arah barat (kiblat).” Aku bingung. Aku tidak pernah salat dan aku juga bingung soal arah di Ibukota Jakarta ini. Kutunjuk arah, walau aku sebenarnya tidak yakin.

“Niat sajalah War. Pasti Tuhan memaklumi hambanya yang bingung seperti kita. Mungkin lebih tepatnya posisi kita ini musafir,” kataku. Lalu Anwar mengikuti saranku.

Keesokan harinya, kutanya arah kiblat kepada ibu kos. Dia menunjukan kepadaku. Ya ampun, ternyata si Anwar semalam sembahyang menghadap ke arah timur. Maafkan aku ya War.


3 comments:

Anonymous said...

tumben si anwar solat. biasanya gak pernah tuh sis... puasa aja bolong terus

Siswanto said...

Si Anwar tahu lagi berhadapan dengan orang penting.. jadi dia tetap saja solat... tapi salut juga sama dia tuh...

Galuh Parantri said...

Ini lucu, tapi sekaligus miris bacanya....

Jadi kapan sajadahmu akan tersentuh oleh keningmu dalam sujudmu mas sis? ;)