Thursday, October 29, 2009

Wartawan dan Amplop Kosong

Ceritanya begini. Berlangsunglah konferensi pers di kantor polisi soal hasil penggerebekan VCD porno dan miras. Banyak sekali wartawan yang hadir di acara itu.

Setelah konferensi selesai, seperti biasanya polisi membagi-bagikan amplop kepada wartawan. Cara membaginya ialah dengan menunjuk salah satu wartawan untuk menjadi koordinator pembagian jatah.

Di kalangan wartawan kriminal sudah jadi rahasia umum kalau mereka yang berasal dari media besar jatahnya ya lebih besar dibandingkan wartawan dari media lokal.

Pokoknya selama pembagian itu semuanya berjalan lancar dan semuanya bahagia sampai bubar.

Tiba-tiba ada wartawan dari media besar yang panik, kecewa, dan tentunya marah hingga mukanya memerah. Usut punya usut, dia salah mengambil amplop yang ternyata tidak ada isi uangnya.

Lalu, dia mencari-cari koordinator wartawan untuk protes atas kesialannya. Setelah ketemu, ternyata si koordinator tidak tahu menahu soal itu.

Maka diantarlah wartawan media besar itu menemui kepala polisi. Mereka mengadu karena merasa tertipu. Pak kepala polisi ternyata juga tidak tahu menahu soal itu.

Tapi wartawan terus mendesak. Mungkin daripada ribut, pimpinan polisi itu memanggil ajudan untuk konfirmasi masalah amplop kosong. Pengusutan singkat dilakukan dan hasilnya tidak ada yang mau mengaku.

Mungkin karena tidak enak dengan para wartawan dan tidak ingin persoalan ini jadi bahan gunjingan di luar kantor polisi, maka kepala polisi mengalah dan terpaksa harus merogoh kantong lagi.

3 comments:

Anonymous said...

oalahhh hahahahha.... biar gak ngamplop lagi tuh

Anonymous said...

ampooon. ampoooon mas wartawan media besar

Siswanto said...

hidup wartawan bodreks....