Bukan Garuda Di Dadaku, Tapi 86 Di Dadaku

SEORANG wartawan di Jakarta sangat hobi nonton pertandingan sepak bola. Jam berapapun acaranya, dia pasti akan menonton. Dan anak ini punya kesukaan yang agaknya tidak boleh ditiru oleh siapapun, yaitu taruhan.

Nah, malam itu, yang bertanding adalah Tim Nasional Indonesia dan Iran di pertandingan pra piala dunia. Di sela-sela pertandingan, dia buka internet. Terbaca olehnya semua status facebook dan timeline twitter milik teman-temannya tak henti-henti menyanjung Timnas. Misalnya, ‘sungguh mantaaaap.’ Yang lain lagi menulis ‘kiper Markus Horison tampil bagus.’ Terus ada lagi menulis begini ‘nasionalisme saya bangkit.’ Ada juga yang nge-twit ‘Timnas akan tekuk musuh 4-1.’


Dia agak gregetan juga membaca semua itu. Katanya, itu tidak sesuai dengan realita. Sebab, sampai babak pertama usai Timnas bahkan tidak mampu masuk ke kotak pinalti lawan, apalagi berhasil menjebol gawangnya. Yang ada, permainan Timnas selalu bisa dipatahkan lawan dengan gampangnya. Permainannya super lembek. Dan hasilnya, usai babak pertama Timnas keok. Keok ditekuk lawannya. 3-0.

Kepala wartawan satu ini kemropok (kesal) sekali. Kuciwaaaaa sekali. Sebab, taruhannya kalah total. Uang amplop yang baru didapatnya melayang begitu saja.

Lalu, untuk mengekspresikan grundelan hatinya, wartawan yang sering dijuluki sebagai korlap wartawan amplop ini pun menulis status soal lambang kaos Timnas di FB. ‘Bukan Garuda Di Dadaku, Tapi 86 Di Dadaku.’ Dia berjanji dalam waktu dekat akan bikin kaos berlogo spesial itu. ’86 Di Dadaku!!’

Beberapa teman si korlap itu ada yang ngakak membacanya. Ada yang menyahut: 'Hahaha...laik dis (like this).' Lainnya begini: 'Hah, bukannya, Cair Di Dadaku...hahahaaaa.' Bahkan, ada juga yang komen, ‘curhat yaaa, bos, gara-gara belum dapat target 86 ya?? Wkwkwkwk.’

‘Hassssyyyuuueemm’

**
Ditulis untuk #GoVlog Umum @VIVAnews