INI KISAH kekecewaan berat yang dirasakan wartawan senior di salah satu kota di Tanah Air. Ia seorang wartawan olah raga. Kejadiannya saat bulan puasa atau beberapa hari jelang lebaran tahun lalu. Waktu itu, ia bersama beberapa juru warta menghadiri undangan buka bersama yang diselenggarakan ketua klub sepak bola .
Acaranya ramai sekali. Pasalnya, ketua klub bola ini cukup royal. Setelah seremonial, acara dilanjutkan makan-makan. Sambil makan, para wartawan yang tengah memburu berita pun mewawancarai narasumber.
Setelah semua sesi acara buka bersama selesai, para tamu pergi satu persatu. Begitu juga wartawan. Tapi tidak bagi si wartawan senior. Ia duduk saja di kursi tamu. Abang ini tampak gelisah. Rupanya ia menunggu seorang wartawan muda yang kebetulan masih wawancara ekseklusif dengan pak ketua klub bola di dalam ruang kerja.
Setengah jam kemudian, wartawan muda itu pun keluar ruangan karena wawancara telah selesai. Si wartawan senior pun girang menyambutnya. “Gimana bray, aman?” kata si senior.
“Aman apanya bang?” kata si wartawan muda.
“Ya elah, elu udah gede pake nanya ah. Jelas gak?” sahut wartawan senior sambil memberi kode amplop.
“Ach abang, gak ada itu. Ketua klub ini tidak pernah ngasih yang begitu-begitu (amplop),” kata si wartawan muda.
“Pahit bener,” kata wartawan senior.
Wartawan senior kecewa berat. Tapi, ia tidak menyerah begitu saja. Ia tanya lagi ke wartawan muda tentang keberadaan manajer klub bola yang tadi hadir juga di acara buka bersama.
“Doi pun sudah pulang ke mess-nya bang,” kata wartawan muda.
“Ayolah kita merapat ke sana. Kau tahu kan tempatnya,” kata wartawan senior.
Sebenarnya, si wartawan muda keberatan. Baginya sudah tidak ada lagi yang perlu dikejar, mengingat semua bahan berita sudah ia dapat. Tapi karena dirayu-rayu terus oleh si wartawan senior , ia pun mau saja mengantarnya.
“Bang, doi mah kagak bakal ngasih apa-apa. Percaya deh ama aku,” kata si wartawan muda.
“Ach kau. Kali aja ini rezeki,” kata si senior.
***
Lima belas menit kemudian, sampailah kedua wartawan itu ke mess manajer klub bola. Kebetulan, tempatnya masih satu kawasan dengan rumah ketua klub bola. Beruntung sekali, si manajer juga belum masuk ke dalam mess. Ia masih duduk di taman.
Karena sebelumnya sudah pernah bertemu, mereka pun cepat berhaha-hihi. Sudah haha-hihi sekitar 15 menit lamanya, tidak ada tanda-tanda si manajer memberi amplop sebagaimana harapan si senior. Si senior pun makin gelisah. Karena sudah putus asa, akhirnya ia mengajak yunior pamitan.
“Abangku, aku besok mau pulang kampung. Mohon doanyalah, ya,” kata senior sambil menjabat tangan manajer erat-erat.
“Yah, semoga kamu sampai di rumah sana dengan selamat yah. Hati-hati di jalan. Salam buat orang tua kamu yah,” jawab manajer. Tidak kurang tidak lebih.
Kedua wartawan pun bergegas pergi. Sesampai di jalan, wartawan senior meluapkan kekesalannya melalui twitter dan facebook. Maksud hati, ingin minta THR, hanya doa yang mengiringi. “Batu benar!!”
CERITA SERU LAGI, SOBAT:
Rupa-rupa Penipuan SMS dan Email
"Siap Salah, Siap Salah Terus!"
Janji Bikin SIM dengan Tuhan
6 comments:
Lah, emang harus ngasi amplop gitu kalo diwawancara?
Tar jadi ga transparan lagi lah beritanya. Macam disogok aja si wartawan.wawancara?
Tar jadi ga transparan lagi lah beritanya. Macam disogok aja si wartawan.
salam kenal bro. jng serius serius lah bacanya ya :)
wah cewek kok dipanggil bro
xixixi maaf bri. salam kenal ya
ada2 aja .,.,!hhe :D
salam kenal teman2
Post a Comment