Friday, August 22, 2008

Positif Thinking

Sekarang ini, redaksi kami sedang sibuk mempersiapkan penampilan situs berita. Selain itu, menempa sumber daya manusia. Rencananya, pada awal Oktober 2008 ini, website vivanews.com, sebelumnya dikenal dengan nama kanalone.com, sudah dapat menyajikan berita-berita faktual kepada pembaca di manapun berada.

Reporter-reporter mendapat pendidikan jurnalistik, khususnya cara bekerja untuk media massa jenis online. Selama tiga hari berturut, baik wartawan pemula maupun yang sebelumnya pernah bekerja di media, mendapat bimbingan dari mentor-mentor jurnalisme terbaik. Ada pengajar dari luar, ada juga teman-teman wartawan kawakan yang memberikan training.

Dari pagi sampai sore, para wartawan seperti dikandangkan. Hanya boleh keluar untuk makan atau membuang hajat. Selebihnya, mereka mesti mengikuti semua tahapan pelatihan jurnalistik. Hal ini penting untuk teman-teman. Sebab, dengan mendapat suntikan ilmu dan semangat, kelak bisa tumbuh berkembang dan lahir jurnalis-jurnalis militan.

Bukan hanya teknik meliput berita saja yang ditanamkan, melainkan mendapatkan keterampilan dasar fotografi dan kamera. Memang beruntung wartawan-wartawan ini. Kelak, mereka tidak sebatas menguasai keterampilan menulis dan wawancara. Mereka juga akan menjadi kameramen. Multi skill. Seorang wartawan harus bisa mengoperasikan semua alat.

Soal multi skill. Apabila selama ini foto berita hanya didominasi oleh wartawan foto. Atau menyorot narasumber dengan kamera hanya dilakukan oleh kameramen televisi. Nah, nanti, wartawan online ini sudah mengambil peran khusus itu. Luar biasa. Perkembangan media sekarang ini memang sangat pesat, khususnya di Indonesia tercinta.

Beberapa hari lalu, para pengampu kanal atau redaktur dan asisten redaktur juga mendapatkan suntikan semacam itu. Memperoleh penggambaran soal konsep media online yang baik dan bagaimana menyajikan laporan dengan memikat tanpa mengorbankan etika jurnalistik.

Lamanya tiga hari proses sekolah jurnalisme online. Menyenangkan sekali. Banyak ilmu baru yang diperoleh. Ternyata dunia media massa sedang bergerak dari barat ke timur. Mulai dari penerbitan secara cetak. Elektronik seperti radio dan televisi. Dewasa ini, jenis media itu disebut tradisional. Nah, muncul generasi baru atau new media, diantaranya online ini.

Ada semacam penyegaran kepala saat mendengarkan saat mendengarkan ceramah mentor tentang bahasa Indonesia jurnalistik. Tiap hari, sebenarnya kami bergulat dengan tata bahasa. Tetapi, karena sudah bertahun-tahun mendapatkan uraian soal itu, pembahasan dari “guru” bahasa ini menjadi air yang menghilangkan dahaga.

Soal kode etik jurnalistik. Pendidikan dasar ini kami dapatkan juga. Yang terakhir ialah ilmu yang baru sama sekali, setidaknya buat penulis. Teknik-teknik dasar kameramen. Kami mendapatkan gambaran secara umum. Membingungkan karena banyak istilah yang baru. Menarik karena mendapatkan ilmu penting, tapi gratis.

Soal lain lagi. media online memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh media tradisional. Misalnya, faktor kecepatan menyampaikan berita. Kemudian, soal ruang yang tidak terbatas. Maksudnya, tulisan sepanjang apapun, media online mampu memuatnya. Berbeda dengan jenis cetak. Cetak dibatasi oleh halaman kertas. Begitu juga dengan teve atau radio yang dikapling-kapling iklan.

Makanya, ketersediaan space itu harus dimanfaatkan secara betul-betul. Media online jauh lebih beragam informasinya. Mereka mampu mengambil alih peran media tradisional. Misalnya, tayangan gambar hidup bisa ditampilkan. Laporan model audio seperti radio, juga sudah bisa. Jadi, pembaca sebenarnya mendapat kemanjaan informasi. Ibarat, satu kayuh, tiga pulau terlewati.

Itulah media online. Semuanya tinggal keberanian dan kreatifitas pengelolanya. Mengelola media macam ini mesti orang-orang yang memiliki visi jauh ke depan. Harus yang mengetahui apa kebutuhan masyarakat terhadap informasi. Familiar dengan berkembangan ilmu dan teknologi. Dan tentunya tahu bagaimana menyuguhkannya dengan baik dan sederhana.

Tentu saja media itu harus kredibel. Itu kunci sukses mengelola media online. Pengertian sukses, bukan hanya soal berhasil menaikkan pageviews, melainkan mampu meraih kepercayaan publik terhadap karya jurnalistik. Ini baru balance. Kasihan betul kalau pencapaian keberhasilan mengelola media tidak seimbang antara kedua hal itu atau sengaja menubruk etika.

Ada satu yang kurang. Kerjasama tim. Wartawan dan redaktur harus mampu bekerjasama. Sama-sama percaya. Mengapa demikian,soalnya banyak kasus yang membuktikan bahwa kegagalan komunikasi antara kedua pihak ini, ternyata berimbas pada karya jurnalistik. Kerja asal-asalan atau asal membuat laporan. Asal Bapak Senang. Hasilnya ialah laporan-laporan yang buruk.

Manis betul melihat teman-teman reporter yang menunjukkan semangat saat mengikuti proses sekolah jurnalistik. Sebagian orang tahu, mendengarkan mentor berorasi selama berjam-jam, adalan pekerjaan yang melelahkan. Tapi, wajah mereka tetap antusias.

Selama proses pendidikan jurnalistik online ini, kami membangun komitmen. Yaitu, ingin mengembangkan situs berita ini menjadi lebih baik dan bermutu.

3 comments:

Anonymous said...

Pak siswanto, baca tulisanmu ini,saya sedih... dengan bangga kamu memperkenalkan diri pernah menjadi wartawan koran tempo, dan okezone.tetapi mendapat arahan seperti kaya gitu ko langsung tercengang.

Terlebih, anda mengaku gemar baca buku filsafat, buku-buku jurnalistik, buku lainnya tapi ko ya masih terkagum-kagum dengan propaganda seperti itu


hem... ternyata anda mudah di jadikan komprador, dijadikan alat....

Siswanto said...

Terima kasih bung. hehehhe. senang sekali mendapat perhatian bung. Boleh aku lihat blog kau?

Anonymous said...

by: Anto PR

Sis, yang komentar pertama itu pecundang abis. lempar batu sembunyi tangan. Tidak berani sebutin nama.

Kalau lu tanya dia punya blog atau tidak, pastilah dia tidak punya. hahahha.

Preman tu.Itu pasti wartawan tidak terpelajar. dia pasti suka ngamplop, sis.. wakakakka

Salut buat ente sis. Ane setuju, proses belajar. Ane suka kalimat itu.

---Anto PR---