Ngeblog itu menarik. Menulis di blog bisa memunculkan sensasi yang sebelumnya tidak pernah merasakannya. Misalnya, tegang. Lalu sangat kasihan dan kesetiakawanan. Rasa seperti itu terjadi setelah belakangan ini aktif menceritakan pengalaman bekerja sebagai jurnalis di blog ini.
Sebenarnya aku sedang bereksperimen dengan mengelola blog ini. Yaitu, bagaimana menulis bebas. Seperti sudah kuceritakan pada awal-awal. Pengertian bebas di sini ialah menulis, menulis dan menulis. Mengeluarkan semua bahan yang ada di kepala. Tanpa memikirkan soal struktur bahasa. Tanpa memikirkan soal teknik menulis.
Karena, apabila latihan menulis terlalu ketat menerapkan teknik dan struktur, umumnya orang akan gagal. Kata-kata tidak meluncur keluar. Bahan tulisan akan berhenti di kepala. Takut memuntahkannya karena merasa harus baik dan lain sebagainya. Kalau sudah begitu, selesailah dia. Seluruh waktunya sia-sia hanya untuk menilai dan berimajinasi tentang kata-kata yang baik.
Padahal, daripada dia setengah mati mengedit sambil menulis dan pada akhirnya tulisannya tidak keluar-keluar, lebih baik menulislah dengan bebas. Penulis berperan sebagai editor ialah pada saat selesai mengeluarkan seluruh bahan tulisan.
Tidak usah berpanjang-panjang bercerita tentang konsep blog ini.
Karena belajar menjadi wartawan di media, aku sedikit memahami tentang problematika jurnalisme. Dan ini menjadi cerita menarik untuk ditulis. Ternyata penerapan jurnalistik di sebagian media tidak sesuai dengan ilmu jurnalitik yang kupelajari di kampus. Bahkan, sepertinya sengaja menabrak kode etik. Demi mengejar jumlah pembaca, page views, traffic. Ujungnya iklan.
Nah, media yang sangat praktis untuk menulis cerita-cerita semacam itu ialah blog, dibanding buku diary. Blog kupilih karena bisa mengamankan teks dalam waktu yang lama. Dan tidak rusak.
Ternyata postingan-postingan itu ada tanggapan. Yang paling seru ialah postingan Jurnalisme Online Penis. Respon pertama blogku disampaikan sejumlah mahasiswa temanku di Jogja dan Solo. Mereka mengaku tertarik dan ingin belajar.
Lama-lama, ada beberapa wartawan juga yang bereaksi terhadap sejumlah ceritaku. Dan mengatakan diriku arogan. Mungkin, karena tersinggung. Padahal memang betul. Hehehe.
Ada yang frustasi. Lalu mengungkapkannya dengan kalimat permusuhan. Mungkin karena merasa dijelekkan. Lucunya, ada yang menuding-nuding negatif pada tempat kerjaku sekarang. Pasti yang bersangkutan sangat bingung untuk meluapkan emosinya. Aneh. Menurutku, reaksinya tidak sesuai dengan konteks.
Yang aneh lagi, ada yang sampai berkata konyol dengan kata-kata jorok. Sangat jorok. Karena itu, aku memutuskan untuk men-filter sebagian tanggapan karena memang tidak layak.
Reaksi yang berlebihan itu mereka sampaikan melalui berbagai cara. Ada yang langsung berkomentar melalui teks komentar di blog. Ada yang melalui email. Ada yang berbicara langsung kepadaku. Ada yang unik lagi, yaitu menulis kalimat sindiran dan ditaruh di judul di Yahoo Messanger, bahkan sampai berkomentar di blog temanku.
Singkat cerita, tidak semuanya yang menanggapi cerita yang kuposting di blog ini buruk. So, tanggapan yang galak maupun yang mendukung, itu semua menimbulkan nuansa tersendiri. Itu yang kusebut sensasi. Hehehhe..
Hayoo, tetaplah berkreasi.
1 comment:
Hidup menulis :)
Sangat senang membac atulisan lo tentang menulis yang hampir berulang disetiap waktu...:D
Post a Comment