Thursday, September 29, 2011

Lebih Baik Miskin Daripada Terima Amplop Ini

INI cerita seorang korlap wartawan yang sekarang sudah insyaf ke jalan yang benar. Begini ceritanya. Hari itu, ada ada kasus besar di salah satu kota. Lalu pihak yang berkepentingan dalam kasus ini pun mengundang para wartawan ke acara itu. Tujuannya tentu buat meredam kekritisan wartawan setempat.

Info-info  tentang penyelenggaraan konferensi pers itu pun mulai tersebar luas, baik melalui sms, bbm, twitter, sampai facebook. Tiba di hari H acara, ternyata hanya beberapa jurnalis yang datang. Mereka berkumpul di salah satu resto yang telah ditetapkan panitia acara. Setelah haha hihi, yang punya gawe acara pun bercerita maksud dan tujuannya.

Setelah acara resmi dibuka, mulailah sebagian wartawan yang hadir sibuk ke sana-kemari. Memesan minum dan makanan ringan di resto yang tergolong cukup mahal dan populer di daerah ini.

Acara pun berlangsung hangat. Sesi tanya jawab semakin lama semakin seru. Si panitia acara merupakan seorang pengusaha besar di sana. Kebetulan ia punya masalah. Karena itu, sebagian wartawan pun jadi makin sumringah wajahnya.

Setelah dialog selesai, clear, maka si juragan besar ini mohon diri. Ia pamit kepada beberapa wartawan itu untuk lekas pergi karena akan menghadiri acara lain lagi.

Tapi sebelum pengusaha tadi beranjak, korlap wartawan yang paling banyak bertanya di dalam acara tadi bilang, “makaseh ye bang. Lain kali jangan sungkan-sungkan telepon/sms kamek yeh." Setarikan nafas kemudian, si korlap pun menerima satu amplop putih dari tangan si pengusaha.

Begitu si juragan pergi, wartawan itu baru sadar. Ternyata minuman dan makanan yang mereka makan di resto belum ada yang bayar. Bahkan, makanan yang disantap juragan tadi, juga tidak bayar.

Si korlap wartawan itu merah kupingnya. Ia pun ngamuk. “Gile.............gile..... Apa maksud neh....”

Maka si korlap dan teman-temannya cepat-cepat membuka amplop yang tadi diserahkan si juragan. Maksud hati, uangnya akan digunakan untuk melunasi pembayaran minuman dan makanan.  Eh ternyata, isi amplop jauh dari harapan. Mungkin hanya cukup untuk membayar seperempat harga dari total tagihan resto.

Benar-benar nyesek. Kemudian, korlap wartawan berkata lirih. “Aku balek kan jak yeh uang tuh. Aku lebih baik melarat, ketimbang dapat sopoi (uang amplop) ini.”

PENTING UNTUK REFERENSI:
Kamus Besar Wartawan Amplop


8 comments:

Arief said...

Tragis, Gan. :d

Siswanto said...

siap perintah bang arief

asaz said...

bersambung?

Kita Sehat said...

wah apes dong gan,,

Anonymous said...

Wah, apes dong bos. :D
Bukannya dapet makan gratis, masih tetep bayar... hihiihi

emingko said...

wh... trgis bener. menu belum dbyar, aplopnya isi secuil..
jgn lupa mampir ke eMingko Blog

Jasa Pembuatan Blog said...

Hallo selamat siang.
Sebuah fenomena kehidupan yang tidak dapat di sanggah.

Siswanto said...

tengkyu teman2. siap meluncur ganti