ilustrasi/republika.co.id |
Pertama kali masuk media ini, Ia ditempatkan di pos-pos mentereng atau lembaga-lembaga pemerintah yang 'basah.' Ia cepat belajar, rupanya. Mungkin sering baca tips-tips jadi wartawan amplop di blog singkatcerita.blogspot.com ini. Lantas, dengan cekatan ia mencari-cari informasi acara-acara yang harum. Terkadang, ia pun offset ke kementerian lain yang bukan wilayah liputannya. Tentunya ya hanya untuk absen dan mendapatkan amplop.
Dengan bangganya ia mengaku kepada salah satu teman, kalau dalam sebulan bisa mengumpulkan Rp 2-3 juta hanya dari jale atau ngamplop. Nilai yang nyaris mendekati angka gaji tempat si dia bekerja.
Singkat cerita, hobi mencari-cari liputan harum di kementerian basah pun berakhir. Pasalnya, ia terkena rolling atau pindah ke desk lain. Sialnya, ia dipindah redaktur ke desk kriminal. Tentu saja, desk ini kurang basah dibandingkan dengan sebelumnya.
Di desk kriminal, dengan sendirinya ia kesulitan mencari liputan-liputan harum. Pendapatan jale pun turun, dari jutaan menjadi ratusan ribu saja. Ya, sekitaran Rp500-600 ribu per bulan lah. "Hanya bisa untuk bayar cicilan motor," kata dengan nada lemas.
PENGUMUMAN
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop dan bodrek. Kamus Besar Wartawan Amplop
1 comment:
wakakakaka,mayanlah dari nol bro!
by dewi athena
Post a Comment