ilustrasi: tribunews.com |
Kenyataan berbicara lain. Sudah ditunjukkan ID-card, tapi pak polisi tadi tetap saja mengeluarkan buku tilang. Rupanya, pak polisi tidak percaya kalau ia benar-benar wartawan. Lidik punya lidik, mengapa tidak percaya? Karena dalam kartu pers yang diberikan si wartawan, tidak tertera kata PRESS, melainkan hanya nomor karyawan dan foto saja.
“Dia bilang gw bagian marketing. Terus polisinya bilang supaya gw jangan ngaku-ngaku wartawan,” kisah si wartawan.
Karena plan A gagal. Korlap wartawan pun menerapkan plan B. Yaitu dengan mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dan wawancara kepala satuan lalu lintas di kantor polisi. Ini diharapkan membuat polantas tadi agak keder karena wartawan kenal sama atasannya.
“Tapi, ternyata dia masih ga percaya,” katanya.
Plan A gagal. Plan B gagal. Kemudian dicoba plan C. Kalau ini gagal juga, pasrah dech.
“Gw keluarin aja press release terakhir dari polres tentang kasus perampokan,” katanya.
Barulah setelah itu, pak polisi percaya kalau bang korlap ini wartawan. Ending-nya, si wartawan tidak jadi ditilang.
PENGUMUMAN
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
No comments:
Post a Comment