Bang Korlap bercerita tentang kelakuan salah satu sobat yang menjabat redaktur foto di media A. Katanya, si sobat sering main sendirian alias tidak ngajak-ajak. Misalnya begini, misalnya ada redaktur foto media B yang ingin menggunakan foto dari media A. Kebetulan dua media ini saling bekerjasama satu sama lainnya.
Foto yang akan digunakan (diterbitkan) oleh media B adalah foto tentang acara peluncuran prodak (product) atau acara suatu peresmian proyek pembangunan. Sudah jadi pengetahuan umum di sebagian wartawan, berita atau foto semacam itu, terkadang mengandung amplop.
Sebelum foto tadi dimuat di media B, redaktur foto media B menghubungi redaktur media A.
"Eh, bray, fotonya mau gua tarik nih, ada gak?" katanya. Maksudnya TARIK ialah akan dimuat. Maksudnya ADA ialah mengandung amplopnya atau tidak.
"Okeh, gua akan tanya ke panitianya dulu ya," kata redaktur foto media A, teman Bang Korlap.
Redaktur foto media A pun menghubungi pihak penyelenggara acara yang fotonya akan ditarik oleh media B. Ia ingin memastikan apakah ada dana (uang) untuk foto itu.
Ternyata, pihak panitia acara tidak menganggarkan untuk wartawan. Dengan kata lain, foto itu tidak ada dananya.
Setelah itu, redaktur media A menghubungi redaktur media B dan bilang bahwa tidak ada dana khusus untuk foto acara tadi.
Mendengar penjelasan itu, redaktur media B tidak bersemangat lagi. Seandainya ada pilihan, ia tidak akan menayangkan foto tadi. Sayangnya, pimpinan media menginginkan foto acara itu dimuat.
"Jangan-jangan pimpinan yang sudah dapat," kata dia dalam hati.
Begitulah curhat Bang Korlap malam itu.
PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
No comments:
Post a Comment