Keadaan tiba-tiba berubah, begitu ada telepon dari Bang Korlap. Bang Korlap mengabarkan malam itu ada arahan dari seorang tokoh yang namanya kurang terkenal, tapi ingin terkenal.
"Biasa bray merapat di tempat X, karaoke mantap," kata Bang Korlap dengan nada semangat.
"Siap perintah, jenderal," jawab salah satu wartawan. Maksudnya jenderal untuk perkara jale alias amplop.
"Bray, tapi dosky minta jadi narasumber, nih. Dosky lagi pengen ngeksis, man," kata Bang Korlap.
Tanpa pikir panjang, apalagi memikirkan berita apa yang akan mereka buat tentang si tokoh tadi, tiga wartawan pun langsung meluncur ke TKP.
Pesta besar pun berlangsung di sebuah tempat karaoke yang namanya masih disamarkan sampai berita ini dibuat. Ada mbak-mbak pramusaji yang cakep-cakep dan selalu siap menuangkan bir.
Bang Korlap dan teman-temannya memanfaatkan momentum itu dengan baik dan semaksimal mungkin.
Konon, jutaan rupiah habis malam itu untuk service beberapa abang wartawan.
Setelah itu mereka pulang. Dan parahnya beberapa wartawan tadi lupa bila mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat berita, yang mana beritanya harus menyantumkan nama si tokoh yang ingin namanya eksis.
Sampai beberapa hari setelah acara karaoke malam itu, mereka tidak kepikiran membuat berita. Sampai kemudian Bang Korlap menelepon.
"Bray, si narsum (tokoh) nagih beritanya, nih," katanya.
Abang-abang wartawan, yang tujuan ikut karaoke sekedar untuk happy-happy pun bingung. Sebenarnya mereka malas membuat berita pencitraan, apalagi tokohnya tidak terkenal.
Mereka pun akhirnya berniat membuat berita. Tapi, pusing betul kepala karena bingung isu apa yang bisa membuat tokoh tadi masuk. Sementara itu, Bang Korlap terus nagih berita karena dia juga ditanyai terus oleh si tokoh.
Sampai seminggu lamanya Bang Korlap menagih berita. Dan tiga wartawan itu pun menjadi sebel. Jadi menyesal dah, ikut karaoke. Tapi ingin mengembalikan uangnya, kok habisnya banyak sekali.
Akhirnya mereka memutuskan untuk menulis berita. Pertama-tama, berita yang mereka buat tidak terbit di media tempat mereka bekerja.
Si narsum melalui Bang Korlap marah-marah terus menunggu beritanya naik.
Para wartawan berusaha untuk cuek, tapi karena terus ditekan, mereka pun bikin berita lagi yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan profesi si narsum. Yang penting komentarnya muncul. Anggaplah itu bikin berita sampah. Kemudian diakali dengan minta komentar seorang ekonom supaya agak berbobot sedikit.
Dari beberapa wartawan yang turut serta acara karaoke malam itu, yang naik beritanya cuma satu media. Wartawan lainnya pasrah.
Tapi, si tokoh ternyata senang bukan main. Bahkan, kabarnya beritanya dikliping.
Si tokoh rupanya tidak kapok-kapok. Lewat Bang Korlap, ia mengajak tiga wartawan itu lagi untuk karaoke. Tapi syaratnya kali ini, beritanya harus naik semua.
Tapi, wartawannya sudah males karena kapok beritanya ditagih tiap hari. "Seumur-umur baru kali ini, gue ngalamin, bajigur," kata salah satu wartawan.
PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop
No comments:
Post a Comment