Tuesday, October 15, 2013

Sia-sia Mondar-mandir Demi Amplop

ACARA yang diselenggarakan di gedung perwakilan masyarakat pagi itu cukup ramai. Banyak sekali wartawan yang datang, baik wartawan dari media nasional, lokal, yang kadang terbit kadang tidak terbit, bahkan yang tidak jelas dimana medianya.

Di sana, tampak sebagian wartawan duduk di kursi yang telah disediakan panitia dan memperhatikan tokoh berpengaruh yang tengah memberi kata sambutan. Tapi, sebagian wartawan lagi terlihat berdiri di pojokan, bahkan ada juga yang duduk-duduk saja di ruang humas.

Bang Korlap tampak serius sekali. Padahal, biasanya dia tidak serius-serius amat bila datang ke acara semacam itu. Oh ternyata dia begitu karena atasan di redaksi menginstruksikan kepadanya supaya meliput acara tadi secara lengkap. Soalnya, isunya masih hangat.

Singkat cerita acara pun usai. Berita sudah dibungkus oleh Bang Korlap.

Tiba-tiba, ia didatangi mbak-mbak berkacamata dan berpakaian dinas.

"Bang, abang, sudah saya titipkan ke Pak XX, yach," kata mbak-mbak itu sambil tersenyum. Bahasa itu sudah dipahami betul oleh Bang Korlap. Yang dimaksud oleh panitia acara tadi adalah uang amplop.

"Siap, mbak," kata Bang Korlap. Lega.

Kemudian Bang Korlap jalan ke arah tempat biasa para wartawan duduk-duduk. Ia bermaksud mencari Pak XX. Dan benar saja, di sana nampak orangnya tengah duduk bersama beberapa wartawan.

Karena Bang Korlap waktu itu masih baru bertugas di daerah itu, ia tidak berani agresif. Misalnya, langsung minta bagiannya. Apalagi, dia belum begitu akrab sama Pak XX, wartawan senior di kota itu.

Bang Korlap pun pura-pura mondar-mandir di depan Pak XX. Sesekali matanya melirik. Ia berharap-harap, Pak XX melihat dan segera memanggilnya. Berharap jatah amplopnya diberikan.

Sudah mondar-mandir cukup lama, tapi kok belum dipanggil-panggil juga oleh Pak XX. Lama-lama dongkol juga hati Bang Korlap. Aduuuuh, gemes.

Tapi ada yang membuat hatinya benar-benar dongkol setengah mati. Begitu Bang Korlap menengok ke arah tempat duduk, ternyata Pak XX sudah tidak ada. Pak XX sudah pergi ke tempat parkir. Kemudian, Pak XX naik sepeda motor meninggalkan TKP bersama teman-temannya.

Buyar sudah harapan. Raib sudah isi amplop dibawa pergi oleh wartawan senior.

PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop

No comments: