Monday, October 28, 2013

Pejabat Menyerah, Bos Redaksi Sumringah

UNTUK urusan amplop, sejak masih wartawan di lapangan, Bang Korlap sudah dikenal sebagai ‘pemain’ solo. Tak pernah ia mengajak rekan bila punya informasi liputan-liputan yang potensial ada amplopnya.

Itu sebabnya, sebagian rekan tak begitu suka padanya. Tapi, banyak di antara mereka yang angkat topi dengan militan Bang Korlap. Ya militan liputan, ya militan memburu amplop.

Karir Bang Korlap pun cukup bagus di kantor. Setahap demi setahap, ia naik jabatan di jajaran redaksi.

Sayangnya, kebiasaan sewaktu masih di lapangan, rupanya kebawa sampai Bang Korlap menjadi salah satu wakil petinggi media. Yaitu kebiasaan main solo. Main sendirian.

Nah pada suatu hari, ia membuat komitmen dengan salah satu pejabat. Isi komitmennya ialah media tempatnya bekerja harus membuat berita-berita positif tentang pejabat tadi. Hmmm. Tentu saja dong isi amplop yang diterimanya sangat banyak. Sejuta kali lipat hasil amplop sewaktu di lapangan dulu.

Dan uups. Ternyata, berita-berita negatif yang muncul di medianya tetap lebih banyak dibandingkan berita yang positif tentang si pejabat tadi. Maklum, di redaksi itu, banyak kepala yang membuat berita. Dan tak semuanya lewat Bang Korlap. Jadi beritanya lolos terus. Dan mungkin juga sebab musababnya hobi Bang Korlap main solo di kantor sehingga ia tak bisa mengontrol semua.

Beberapa minggu setelah terjadi komitmen itu, si sekretaris pejabat tiba-tiba menelepon Bang Korlap.

“Hai Bang Korlap, bagaimana itu berita tetap mengalir kayak air, kan sudah ada komitmen kita bang. Bapak kurang suka itu,” kata sekretaris pejabat.

Bang Korlap dengan perasaan bersalah berusaha mengamankan diri.

“Siap salah bang. Aku sudah usaha bang. Soalnya ada bos besar di kantor, bang. Aku tak bisa kendalikan,” kata Bang Korlap.

Suasana hening sejenak.

“Ayolah, kapan kita ketemu lagi, Bang Korlap,” kata sekretaris pejabat.

Mendengar itu, Bang Korlap girang sekaligus tak enak hati. Girang karena sudah pasti akan ada tambahan amplop lagi. Tak enak karena kemarin tak bisa kendalikan berita.

Di pertemuan rahasia itu, si sekretaris pejabat mengatakan bahwa bosnya sudah benar-benar menyerah dengan berbagai pemberitaan yang dimuat di media tempat Bang Korlap bekerja. Sekretaris menawarkan uang lebih tinggi lagi, pokoknya supaya berita negatif distop.

Singkat cerita, setelah pertemuan itu, Bang Korlap menghadap ke bosnya di redaksi. Dia menceritakan tentang pejabat yang ingin berita tentangnya positif terus.

“Bos Besar, Bapak XX nawarin segini nih, gimana Bos.  Bisa aman?” kata sekretaris.

“Aman!” kata Bos Besar.

Semenjak itu, tak ada lagi berita negatif tentang si pejabat. Dan semenjak itu pula, Bang Korlap insaf main solo lagi. Mesti main jamaah.

PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop

No comments: