Wartawan yang mendapat tugas redaksi untuk meliput kegiatan presiden di istana, tergolong yang paling beruntung diantara lain-lainnya. Setiap hari, setiap siang, ada nasi katering tersedia di press room. Menunya bisa dikatakan enak-enak. Minimal yang tersedia ialah nasi dari rumah makan Padang.
Selesai makan, bungkus nasi tinggal diletakkan di meja atau di manapun tempatnya, nanti akan ada petugas tersendiri yang merapikannya. Tapi yang rajin, biasanya akan dibuang ke tempat sampah.
Kalau mau minum, di situ juga sudah tersedia air mineral di atas dispenser. Mau pilih yang dingin atau panas, sudah ada di sana.
Ada yang menarik juga di sini. Ada bapak-bapak orang sipil yang berjualan makanan, seperti , krupuk, kue, mie rebus. Juga ada kopi dan teh manis. Harganya bervariasi, tapi dijamin lebih murah dibanding kalau berbelanja di luar dengan jenis barang yang sama. Misalnya, mie rebus plus telur hanya Rp 2.500. Kopi panas cuma Rp 1.500. Krupuk Rp 500 dan kue-kue rata-rata Rp 1.000.
Bapak ini pasti berjualan tiap sore hari, mulai jam 15.00 WIB. Kecuali kalau hari libur kerja, dia baru tidak menjajakan dagangannya di press room istana atau dikenal di kalangan wartawan, namanya ruang bioskop.
Keberadaan penjual makanan ini sangat membantu wartawan. Sebab, antara pukul 14.00 WIB sampai sore, biasanya perut ingin diberi makanan cemilan. Atau ada sana keinginan untuk makan makanan yang ringan-ringan.
Kalau bapak itu datang, wartawan akan selalu menyanyakannya. Kalau sudah ada, mereka akan menyerbunya. Dia meletakkan dagangannya di salah satu meja yang kosong di bagian belakang. Wartawan mengambil makanan sendiri. Uang bayarannya tidak diberikan langsung ke bapak itu, melainkan dimasukkan ke plastik yang sudah disiapkan di sana.
Kadang-kadang, ada wartawan yang ngutang. Mungkin karena tidak ada kembalian atau sengaja, bayarannya diberikan keesokan harinya. Beliau tidak protes dan oke-oke saja.
Makanan yang paling digemari ialah krupuk atau kripik pedas. Kalau sudah darura, kue bulat-bulat besar itu juga akan dilahap. Aku sendiri sering pesan mi rebus panas plus telur dan sayur sawi yang banyak.
Pokoknya bapak itu sangat berjasa. Bayangkan, seandainya tidak ada beliau, wartawan mesti belanja makanan di kantin lingkungan istana. Harganya selangit.
Aku senang dengan bapak itu. Orangnya baik, jujur dan memahami wartawan. Kadang, aku berpikir, dia kelewat sabar melayani para wartawan itu. Jarang mengucapkan terimakasih dan membuang sampah seenaknya. Dan bapak inilah yang selalu dengan telaten membersihkannya tiap wartawan sudah pulang.
No comments:
Post a Comment