Friday, June 13, 2008

Rahasia Andi Mallarangeng Menulis

Suatu sore saat di istana, kami datang ke gedung Bina Graha untuk bertemu dengan juru bicara presiden Andi Mallarangeng. Gedung ini, di massa orde baru merupakan tempat berkantor Presiden Soeharto. Kami naik ke lantai dua dan langsung menuju ke ruang kerja Andi.

Andi menyambut kedatangan wartawan. Dengan logat Sulawesi yang kental, dia bercanda dan sebagian wartawan berusaha tertawa-tawa di dekatnya. Bahkan ada yang berusaha keras menimpali dengan candaan juga.

Bahan percakapan pertama saat itu ialah soal pertandingan Piala Eropa, EURO. Rasanya kompetisi ini sudah begitu menyita konsentrasi para pejabat itu. Mereka selalu punya materi untuk berkomentar. Canggih dan cerdas komentar yang selalu keluar. Termasuk Andi Mallarangeng.

Ada satu perbincangan yang membuat mentarik. Rupanya Andi sudah diminta koran Sindo untuk menulis pendapat dirinya tentang Euro. Rupanya dia sudah dikontrak untuk menulis di koran milik perusahaan MNC.

Nah, ada wartawan yang meminta pendapat Andi soal Euro. Saat ini sepertinya hampir semua media akan menyediakan space untuk mempublikasikan komentar-komentar tokoh masyarakat soal piala terbesar di Eropa itu. Bagi media, ini adalah peluang bisnis yang harus digarap serius. Tak peduli yang berkomentar itu paham bola atau tidak, yang utama adalah dia tokoh atau selebriti.

Mendapat pertanyaan itu, Andi mengatakan, dirinya keberatan menjawab. Alasannya, piala Euro baru dimulai tiga hari lagi. Dia tidak bisa berkomentar sebelum melihat pertandingannya dulu. Dan, ada yang menarik lagi, kalau dia berkomentar sekarang, bagaimana dengan tulisan ulasan yang akan diberikan ke Sindo nanti. Tentunya akan sama isinya. Dan bisa-bisa kehabisan bahan

"Bagaimana saya menulis atau berkomentar sebelum menonton. Kalau sudah menonton, kan ada bahannya," kata dia.

Dia mesti melihat sebuah proses pertandingan itu terlebih dulu untuk kemudian diolah menjadi bahan refleksi yang kemudian menjadi tulisan yang baik.

Andi merupakan penulis kolom tetap di koran Jurnal Nasional sejak 29 Mei 2006 lalu. Dia menulis kolom "Dari Kilometer 0,0" yang terbit setiap Senin. Kolom-kolom itu menyajikan ide, isu terkini, dan solusi permasalahan yag dihadapi Indonesia, dengan bahasa yang ringan dan mudah di mengerti oleh berbagai kalangan.

No comments: