Saturday, June 21, 2008

Perkembangan Gaya Media Online

Pengelola new media, Kompas.com, yang semula menerapkan prinsip jurnalisme, sekarang, nampaknya mulai membuat inovasi. Mereka bergeser ke pengemasan berita gaya Detik.com. Situs Okezone.com juga demikian, sejak awal media ini memang mengikuti gaya Detik karena memang konsepnya ingin menyaingi Detik.

Harus diakui pula bahwa situs berita Detik.com merupakan satu pelopor media online di Indonesia. Kecuali kantor berita negara seperti Reuters, AFP, AP, Antara. Di luar itu, media umum belum terpikirkan sekitar 10 tahunan lalu.

Detik juga yang termasuk membuat orang begitu mengenal bahasa pemberitaan yang kadang-kadang seperti sedang main-main. Bergeser dari penggunaan bahasa Indonesia jurnalistik yang umumnya diterapkan para pengelola media cetak, katanlah seperti Tempo, Kompas,Gatra dan lainnya. Gaya Detik sering nakal dan kadang-kadang mencampur adukkan fakta dan pendapat. Bahkan bagi kalangan pengkritik media, bahan berita yang dilaporkan sering tidak layak.

Tapi, apabila ditilik dari sudut pandang pengelolaan bisnis, faktanya kekuatan utama Detik dalam memikat user ialah bahasa. Dengan gayanya bahasanya yang terkesan main-main, banyak orang masuk dan tingkat pageviewnya meningkat. Otomatis tingkat iklan juga bertambah. Perkembangan penggunaan bahasa jurnalistik yang diterapkan Detik memang menarik untuk dikaji.

Kesuksesan yang diraih Detik rupanya banyak memberikan inspirasi bagi para pengelola media cetak dan televisi. Gramedia sudah menyatakan untuk serius mengelola Kompas.com. Lounching Kompas Reborn dilakukan secara besar-besaran. Okezone.com juga muncul lebih dulu sebelum Kompas Reborn. Lalu, Kanalone.com dan banyak media online lainnya yang bermunculan.

Sejak awal pendirian, sepertinya tim Kanalone.com sudah menegaskan konsepnya bahwa situs ialah tetap menerapkan standar jurnalistik. Akan tetap mempertahankan penggunaan etika jurnalistik dan standar bahasa Indonesia jurnalistik yang diterapkan pengelola media internasional. Prinsip ini merupakan rahasia untuk menunjukkan bahwa reputasi media yang bersangkutan akan positgi di mata masyarakat.

Sejauh ini, belum ada media online yang memadukan gaya running dengan teknik pendalaman berita atau investigasi. Kalau soal adanya fasilitas berita model visual seperti video tv, foto berita, jurnalisme citizen dan lain-lainnya, semua media online dewasa ini sudah ada. Yang akan membedakan ialah Kanalone memiliki kanal indepth.

Pandangan sebagian pengelola media online bahwa sifat pemberitaan yang disajikan kepada pembaca harus cepat. Mengejar kecepatan. Mengejar angkat statistik pembaca dengan mengedepankan judul-judul yang sangar. Dengan demikian, dagangan media itu akan laku keras.

Selama bertahun-tahun, pandangan itu mendominasi media online di Indonesia. Pengelola rupanya masih menempatkan pembaca sebagai pihak yang hanya sekedar butuh berita-berita keras. Berita yang tidak memerlukan ulasan. Sepotong-sepotong dan dapat dikatakan sekedar mengisi waktu. Dan memang, sekali lagi dapat dikatakan, konsep itu berhasil. Setidaknya belakangan ini.

Ini yang sekarang menjadi perdebatan kalangan pemerhati media online atau pemerhati situs berita di Indonesia. Ini menjadi menarik, ketika persaingan jualan informasi melalui media dengan basis jaringan internet ini makin kompetitif. Dari sana kemudian muncul ide-ide baru atau kreatifitas untuk bagaimana membuat style jurnalisme online yang tetap mengedepankan unsur kecepatan, namun juga kelengkapan dan kedalaman sebuah informasi mendapatkan urutan penting juga.

Ini yang ingin dijawab pengelola Kanalone. Ini tantangan wartawan online saat ini. Mereka harus pandai-pandai membuat inovasi. Tim inti redaksi mesti encer otak atau visioner melihat semua peluang yang berdampak positif bagi pengembangan media yang terbilang belum terlalu familiar untuk sebagian besar penduduk Indonesia.

No comments: