Tadi ada kasus yang unik terjadi di Istana Merdeka, Jalan Merdeka Utara. Tidak ada yang menduga, penerjemah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bernama Darmawan Ronodipuro, bisa melakukan kesalahan menerjemahkan kalimat yang diucapkan presiden saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Australia Kevin Michael Rudd.
Di ruangan Istana Merdeka yang seluruh dindingnya berwarna putih, presiden berdiri di mimbar warna hitam kecoklatan. Dia menghadap ke puluhan wartawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Saat itu, semuanya yang berada di ruangan itu konsentrasi kepada seluruh detail pernyataan yang diungkapkan Presiden Yudhoyono.
Panjang lebar presiden mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibicarakan dengan Kevin Rudd saat berlangsung rapat tadi. Dia berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Sedikit-sedikit dia tetap memakai bahasa Inggris. Satu pernyataan selesai, kemudian penerjemah bekerja menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dan begitu seterusnya.
Presiden berbicara menganai hubungan antarkedua negara, menginggung persoalan kerjasama investasi, manajemen, konteks ekonomi sosial politik, isu demokrasi, keamanan dan kedamaian serta pertumbuhan pembangunan manusia. Intinya ialah soal strategi kerjasama pembangunan Australia Indonesia 2008-2013.
Sampai di satu pernyataan presiden berbicara mengenai fakta bahwa pemerintah Indonesia memahami kebijakan travel warning yang masih diterapkan Pemerintah Australia. Tentunya kita tahu Australia mengingatkan warganya untuk tidak melancong ke Bali dengan alasan tidak adanya jaminan keamanan.
Presiden mengatakan bahwa meskipun diterapkan travel warning, faktanya tiap tahun jumlah turis Australia yang datang ke Pulau Bali tetap mengalami peningkatan. Presiden mengharapkan hal itu menjadi pertimbangan bagi Australia untuk mengkaji kembali penerapan travel warning itu.
Namun, saat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, pernyataan presiden menjadi berbeda maknanya. Ronodipuro yang dulu pernah menjadi Kepala Biro Pers Istana pada jaman Presiden Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa pemerintah meminta mencabut pemberlakukan travel warning.
Setelah selesai mentranslate, presiden buru-buru presiden mengklarifikasi terjemahan itu. Ronodipuro nampak kikuk sejak itu. Kasihan sekali.
Wartawan Indonesia yang mengerti persoalan itu tertawa tertahan, ada juga yang menyatakan heran setengah mati. Tapi, wartawan asing yang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya diam dan sebaliknya heran melihat sikap wartawan Indonesia.
Persoalan ini menjadi jelas setelah selesai acara yang berlangsung sangat resmi itu. Wartawan-wartawan berkulit bule bertanya-tanya kepada juru bicara presiden, Andi Mallarangeng. Setelah itu, semua diklarifkasi dan kasus itu menjadi bahan berita yang tidak kalah hot dengan demonstrasi menentang kenaikan harga BBM.
1 comment:
Pak Siswanto: Tolong mengusul tempat kursus Bahasa Inggris untuk saya dan sekalian sekolah untuk belajar menjadi penterjemah. Tapi jangan yang terlalu mahal.
Terima kasih.
Post a Comment