Menulis cerita adalah pekerjaan mudah. Itu bisa dimulai dengan banyak cara. Orang tidak perlu pusing-pusing memikirkan bagaimana memulainya.
Yang penting ialah mula-mula dia mau membaca tulisan orang lain secara cermat. Setelah itu, melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Mendengarkan yang terjadi. Merasakan dan memikirkannya. Dengan begitu, otak kita akan terisi memori atau bahan-bahan yang nanti akan menjadi cerita.
Aku tidak perlu mendeskripsikan bagaimana hal itu bekerja pada diri anda. Rahasianya adalah komitmen anda sendiri untuk memulai.
Jangan percaya bahwa menulis itu adalah bakat. Hanya orang-orang yang dikaruniai saja yang bisa melakukannya. Kadang kala orang menjadi menunda-nunda untuk latihan memulai menulis karena memikirkan karunia itu. Menulis itu keterampilan yang membutuhkan aksi. Dalam hal ini, aksi inilah disebut menulis.
Kalau sudah percaya bahwa aksi yang menentukannya, maka buktikan bahwa kita sebenarnya bisa. Dimulai dengan satu kata dan bercelotehlah melalui tulisan. Percayalah bahwa latihanlah yang akan membentuk tulisan itu tepat. Sekarang berceritalah.
Mulai dengan apapun yang ada disekitar. Ceritakan apa yang dilihat, didengar, dirasakan. Mulai dengan pertanyaan-pertanyaan. Tulis semua pertanyaan sampai benar-benar pertanyaan habis.
"Wes pokoke tulisen," kata orang Jawa Tengah. Kalau dibahasakan secara nasional, "Pokoknya tulis dan tulis." Dulu aku mendapat doktrin dari guru-guruku asal Jawa Tengah begitu. Kalau tidak berani memulai nulis, bagaimana mau bercerita. Waktu itu, contohnya surat cinta.
No comments:
Post a Comment