Sunday, August 24, 2008

Banyak Cara Belajar

Ada pekerjaan menarik di redaksi vivanews.com. Yaitu, menyediakan bahan untuk layanan berita bagi pelanggan salah satu operator telepon. Di kantor berita lain, kegiatan semacam ini digarap petugas khusus. Selain wartawan. Tapi di tempat kami, sementara ini semuanya dilakukan reporter sampai pemimpin redaksi.

Kami menghimpun berbagai laporan. Laporan yang kami peroleh, lebih dulu melewati tahap penyeleksian. Filterisasi dilakukan untuk memutuskan bahan mana yang layak untuk disajikan kepada pelanggan. Prosesnya sama seperti penyajian berita media massa. Redaktur baru mempublikasikan setelah rapat dewan redaksi.

Ternyata tidak ringan pekerjaan ini. Padahal, secara kuantitas, beritanya tidak banyak. Hanya dua laporan dalam satu kali pengiriman. Proses memburu bahan laporan itu menjadi seru. Sebab, proses redaksi belum berjalan norma. Sebagian besar reporter masih mendapat training di redaksi. Artinya hanya beberapa wartawan yang berada di lapangan. Pasti beda halnya kalau, kegiatan redaksi sudah normal, bahan berita sudah pasti melimpah. Dengan demikian lebih banyak pilihan.

Sekarang, semuanya dikerjakan secara gotong royong dan dinamis sekali. Kalau malam, para redaktur sibuk untuk saling menelepon. Tujuannya supaya memperoleh bahan buat distribusi pagi. Begitu juga menjelang siang. Kami ramai-ramai mengumpulkan bahan. Menelepon sana-sini. Lalu, memilah-milah. Semua dilakukan demi melayani para pelanggan.

Seperti yang terjadi kemarin. Redaktur berkali-kali menagih laporan karena rapat redaksi segera dimulai. Sebagian reporter dikerahkan untuk menelpon narasumber. Sedangkan teman-teman yang masih di lapangan, diwanti-wanti segera menyetor bahan berita. Alhasil, laporan-laporan terkumpul semuanya.

Selama ini, menjelang lounching kantor berita kami, biasanya jam kerja redaksi hanya Senin-Jumat. Jadi, dua hari libur. Dua hari untuk berpikir dan membuat usulan. Tapi, setelah mendapat pekerjaan baru itu,kami hanya libur satu kali, Sabtu atau Minggu. Tujuannya supaya bisa tetap mengumpulkan bahan berita untuk pengguna telepon.

Hitung-hitung, kegiatan itu merupakan bagian dari pemanasan sebelum kami benar-benar “perang” nanti. Biar badan dan pikiran bergerak. Dengan begitu, khususnya aku, menjadi tahu proses menyediakan layanan berita untuk pelanggan telepon.

Setelah redaksi berjalan normal, nanti, pekerjaan ini diambil alih petugas khusus.

1 comment:

Anonymous said...

by: Anto PR

ane ngiri dengan temen-temen di media ini. Belajar tentang banyak hal. Jadi tahu soal segmen pelanggan telepon, video, fotografi dll. Itu yang jarang didapat di media lain. di tengah kapitalisme media seperti sekarang, kesempatan seperti itu sangat bagus.

Maksudku soal kapitalis itu, semua media memang mengejar keuntungan, tapi kalau wartawan masih diberi kesempatan belajar banyak hal seperti redaksinya teman seperjuanganku ini, tentu ini ya seimbang.

Jadi, wartawan bukan hanya jadi buruh laporan. Di doktrin bahwa makin banyak laporan, makin bagus. tapi melupakan perkembangan SDM reporter. kasihan betul mereka.

Sukses, bro