Tuesday, February 21, 2012

“One Day No Envelope”

ADA berita seru dari Depok awal 2012 ini. Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail  mewacanakan program gerakan "One Day No Rice" (satu hari tanpa nasi) setiap Selasa. Katanya, ini terkait dengan ketahanan pangan.  Menimbulkan perdebatan, iya, tentu saja.

Wacana itu ternyata menginspirasi seorang mantan korlap wartawan untuk membikin gerakan baru. Bagaimana kira-kira kalau program semacam itu juga berlaku di kalangan jurnalis. Tapi, tentu saja bukan soal nasi. Lalu apa? Kalau di-Inggriskan kira-kira begini “One Day No Envelope.”  atau kalau di Indonesia-kan, “Sehari Tanpa Amplop (86).”

Lantas, dilontarkanlah ide itu ke sejumlah teman wartawan lainnya. Apa yang terjadi kemudian, ramailah tanggapan yang muncul. Timbul pro kontra dengan semangat melawak, kira-kira begitulah.

Yang setuju dengan ide "Sehari Tanpa Amplop" bilang begini melalui akun facebook-nya: “Wahahaha... mantap itu kawan setuju.”

Ada lagi yang berkata: “Sehari Tanpa 86, berarti 6 hari dengan 86, Ndan.”

Kemudian satu lagi bilang seperti ini: “Okay! Gak penting buat amplop.”

"Ane setuju, ndan! Tapi hari Sabtu ya, pas ane libur," kata seorang calon korlap.

Sementara para wartawan yang tidak setuju dengan "Sehari Tanpa Amplop" mengungkapkannya dengan berbagai cara.

Ada yang bilang: “Ane kagak setuju, korlap bisa bangkrut!”

Ada yang curhat juga seperti ini: “Bayar warnet, uang bensin, rokok, makan, soft drink. Sehari 250rb wkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk 8... enaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmm.”

Seorang korlap wartawan dari kota metropolitan malah nyanyi begini: “Gak, gak, gak kuaaaat.”

Terus, ada juga yang lucu. Dia bilang apa? “Lebih baik bundir (bunuh diri) saja daripada setuju itu. Lol.”

PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!
Klik kategori Etika dan Moral di bar sebelah kanan blog. Di sana ada kumpulan cerita-cerita lucu seputar wartawan amplop, bodrek, juga wartawan yang mencoba tetap idealis.
Kamus Besar Wartawan Amplop