ADA seorang petinggi di bidang olah raga yang oleh para wartawan dikenal banci tampil. Maksudnya banci tampil ialah orang yang paling senang diliput media massa. Orang itu kita sebut saja namanya Pak Bronto.
Di hari yang cerah, Pak Bronto memanggil-manggil juru warta yang biasa meliput di daerah kekuasannya. Ia bilang punya bahan berita yang sangat menarik dan layak untuk konsumsi media. Wartawan pun berkumpul dan mengerubunginya.
Pada waktu itu, ia bicara seputar manajemen organisasi olah raga. Seperti biasa, setelah cas cis cus, ia pun merogoh kantong dan membagi-bagikan uang kepada juru warta. Ada yang menerima, ada juga yang tidak mau menerima uang itu.
Satu wartawan, kira-kira dikasih uang Rp200 ribu oleh Bronto yang terkenal royal itu. Setelah semuanya kebagian jatah, bubarlah acara konferensi pers dadakan. Pak Bronto senang dirinya akan tampil di banyak media.
Keesokan harinya, seperti biasa, Pak Bronto mendatangi para wartawan. Tapi, air mukanya tidak secerah kemarin. Ia tampak panik. Lantas, curhatlah Pak Bronto kepada para juru warta. Katanya, ia habis kena semprot atasan.
Gara-garanya, pernyataan-pernyataannya kepada media massa dianggap atasan terlalu mendeskriditkan organisasi.
“Aduuuh, pusing aku. Gimana ini kawan-kawan. Kita buat lagi konferensi perslah ya. Buat meluruskan berita.”
Kemudian, mulailah Pak Bronto yang kalau bicara kalimatnya sama sekali tidak terstruktur itu cas cis cus lagi. Selesai itu, ia berharap agar tayangan maupun terbitan di media tak lagi segalak kemarin sehingga ia tak kena maki atasan.
Seperti kemarin, selesai bicara, ia rogoh kantong. Dibagikanlah uang kepada wartawan. Walau ia harus dua kali kuras dompet untuk satu kebodohannya saja, Pak Bronto tak nampak rugi. Soalnya, sepertinya yang terpenting baginya bisa tampil di media.
No comments:
Post a Comment