DI AKHIR TAHUN ITU, pejabat tinggi yang baru menjabat ingin berkenalan dengan para petinggi media massa. Kalau tidak orang nomor satu di media, ya minimal level menengahlah.
Melalui sekretaris, disebarkanlah undangan kepada para petinggi media. Di undangan itu tema acaranya hanya ramah tamah, tidak ada isu penting yang akan dibicarakan.
Anehnya, di hari H-nya, banyak sekali dedengkot media yang datang ke acara ramah tamah. Padahal, untuk acara macam ini sebenarnya tak ada kewajiban bagi mereka untuk datang, apalagi sampai menyempat-nyempatkan diri datang.
Setelah acara dimulai, isi pembicaraannya cuma obrolan biasa. Ngalor ngidul, cekakak cekikik. Saling kenalan.
Nah, tibalah waktunya acara itu diakhiri. Ketika pulang satu persatu petinggi media itu diberi oleh-oleh berupa tas jinjing yang isinya komunikator dan amplop tebal.
Sebagian di antaranya menerima. Tidak ada yang kelihatan canggung pada waktu itu. Semua proses pembagian hadiah itu berjalan biasa saja tanpa ada persoalan.
Yang lebih aneh lagi, ternyata banyak juga petinggi media yang membawa teman. Dan tentu saja, masing-masing juga kebagian tas jinjing.
Nah, timbullah kecurigaan, mengapa mereka sampai menyempat-nyempatkan hadir di acara itu, padahal mestinya mereka mengurus deadline. Jangan-jangan sebelum mereka memutuskan datang, sudah ada informasi yang masuk ke kepala mereka bahwa di acara itu akan ada bingkisan-bingkisan mantap.
Sudah dikenal pejabat, pulang dapat hadiah pulak. Langkah kaki pun kian mantap keluar dari gedung.
No comments:
Post a Comment