MENJELANG pemilihan wakil rakyat, seorang wartawan yang duduk di level menengah di redaksinya pun memutar otak. Bagaimana dapat proyek dari pemilihan itu. Karena dalam pikirannya, perputaran uang pasti tinggi. Dimana masing-masing calon wakil rakyat akan jor-joran keluarkan uang demi meraih kursi.
Suatu hari, ia kegirangan. Dapat! Akhirnya dapat ide! Pertama-tama ia merapat ke salah satu saudagar kaya yang begitu bersemangat jadi wakil rakyat. Tak sia-sia si salah satu petinggi itu menempuh banyak cara, akhirnya ia berhasil menempel saudagar incarannya. Lalu, direkrutlah ia anggota tim sukses.
Tapi, ia jadi tim anggota sukses terselubung. Soalnya, kalau sampai anak-anak redaksi tahu atau teman-teman yang lain di redaksi mengendus proyeknya itu, pastilah ia malu. Karena telah menggunakan pengaruhnya di media untuk menyukseskan salah saudagar itu untuk maju jadi wakil rakyat.
Nah, karena selama ini si petinggi media level menengah itu sudah banyak makan asam garam dunia amplop alias 86 alias jale, ia tahu bagaimana memainkan si saudagar itu. Ia tak perlu uang banyak untuk jadi tukang kampanye yang menonjol di antara tim sukses lainnya.
Dipakailah jejaring sosial facebook dan friendster untuk berkampanye. Facebook masih mending banyak pemakainya, sementara friendster sudah ditinggal fans, tapi, tetap saja ia pakai. Yah, hitung-hitung agar terlihat bekerja keras di mata saudagar.
Hampir setiap jam, ia bikin status baru di facebook. “Pilih abang A, cerdas dan tangkas.” Sejam berikutnya ia bikin lagi status “Abang A mantap, peduli rakyat.” Sejam kemudian muncul status lagi “Abang A pemimpin jelas segala-galanya, konkrit.”
Si petinggi media itu mungkin berpikir agar semua orang memilih si saudagar yang dijagokannya. Padahal, kalau saja ia jeli, pasti ia malu. Soalnya, orang-orang yang masuk dalam pertemanan di facabooknya, mayoritas adalah teman-teman wartawan. Mana mungkin akan pilih saudagar itu. Profil si saudagar yang disanjung-sanjung itu pun tak jelas.
Tak jarang, statusnya menjadi bahan tertawaan teman-teman wartawan di facebook. 86 ndaaaaan. Tapi, oleh si petinggi media di level menengah itu, tidak terlalu dipedulikan. Mungkin ia pikir, ini namanya pencitraan bos. Status baru tetap bermunculan sampai berhari-hari dan sampai hari H pemilihan.
Tak tahu apakah pada akhirnya si saudagar itu mendapat suara mayoritas dari daerah pemilihannya atau tidak. Yang jelas, setelah pemilihan, terjadi perubahan drastis pada penampilan si petinggi media tadi. Tampangnya yang sebelumnya seperti orang menderita, kini tampil lebih perlente.
No comments:
Post a Comment