Monday, September 6, 2010

Bos Media Mainkan Isu, Pejabat Pun Cair

WARTAWAN yang biasa nakal di lapangan rata-rata hanya menerima amplop berisi uang recehan. Di level petinggi media yang suka “selingkuh” tentu saja gengsi sekali bermain di kelas anak-anak lapangan. Coba perhatikan permainan salah satu orang penting di media satu ini.

Berawal dari ketidaksukaannya kepada seorang pejabat pengambil kebijakan. Karena, menurutnya, si pejabat itu pelit betul. Macam-macam cara dipakai, tidak bisa cair, paling tidak iklanlah. Bahkan, suatu kali sampai diundang datang ke acara kelahiran anaknya pun tidak mau datang. Sial.

Di akhir musim panas, habislah kesabaran si petinggi media ini terhadap si pejabat pengambil kebijakan. Timbullah niat untuk mengerjai si pejabat. Tentu saja, caranya menggunakan kekuasaan di media yang ia kelola.

Namanya juga orang yang punya kewenangan mengelola media, mudah sekali ia menjalankan strategi perang. Ia ambil suatu isu terkait proyek yang sedang digarap oleh si pengambil kebijakan itu. Si orang media ini memainkan isu itu untuk menghantam lawan.

Diundanglah orang-orang yang selama ini kritis dengan kebijakan si pejabat untuk menulis opini. Semua opini yang isinya menyoroti dan mengkritisi kebijakan si pejabat pasti akan dimuat oleh orang media tadi.

Satu kali, dua kali, tiga kali tulisan keras itu diterbitkan di media itu. Rupanya, belum ada respon dari pejabat. Lalu, tulisan pun terus mengalir hampir setiap hari selama seminggu berturut-turut.

Si pengelola media itu pikir, masa sih si pejabat itu tidak gerah setiap hari membaca tulisan-tulisan yang menyerang kebijakannya.

Rencana si pengelola media itu nampaknya mulai sukses. Orang-orang dekat si pejabat pun berkumpul. Mereka berembuk membahas salah satu media itu, mengapa selalu menghajar kelompoknya. Bisa berbahaya kalau dibiarkan. Lalu, mereka menghadap ke kantor si pejabat. Akhirnya dibuatlah kesepakatan untuk mengakhiri semua ini. Petinggi media itu harus diberi ‘perhatian.’

Kebetulan bulan itu adalah bulan puasa. Pas sekali untuk tema silaturahmi. Si pejabat lewat orang-orangnya menyusun acara. Nama acaranya, kunjungan media. Dikunjungilah kantor tempat si petinggi media tadi. Tak hanya itu, beberapa hari kemudian, si petinggi media diundanglah ke kantor si pejabat untuk acara buka bersama.

Setelah acara ‘ramah tamah’ itu, keesokan harinya, sudah tidak ada lagi tulisan opini yang isinya mengkritisi si pejabat. Rupanya, cair juga si pejabat.

No comments: