ADA enam atau tujuh wartawan ingin menghadap ke salah satu pejabat daerah di suatu siang. Karena wajah para juru warta sudah cukup dikenal, ajudan pejabat langsung mempersilahkan mereka masuk ke ruang tamu.
Tak lama setelah para wartawan duduk di sofa, pejabat daerah ‘basah’ keluar dari ruangan. Ia habis mandi.
Setelah salam-salaman, bahkan ada wartawan yang sampai mencium telapak tangan segala, si pejabat daerah meminta para ajudan menghidangkan berbagai menu makanan ke meja tamu. Kebetulan, saat itu ia ingin makan siang.
Pejabat yang juga wajahnya kelihatan sudah letih karena mungkin hari itu banyak menerima berbagai laporan kasus dari anak buahnya, agaknya terhibur dengan kedatangan wartawan. Ia mengajak semua pewarta yang hadir ikut makan.
Sambil makan, salah wartawan yang selama ini dikenal sebagai korlap terus memancing-mancing pejabat itu agar tertawa. Ia bikin lelucon-lelucon yang kadang terdengar tidak wajar.
“Coba lihat sepatu saya, mirip sepatu antik.” “Coba bandingin sama sepatu bapak, jauh kan.”
Meski lelucon yang disampaikan si korlap sering tidak lucu sama sekali, si pejabat tetap saja tertawa. Mungkin ia butuh pelepasan.
Usai makan siang, acara ngobrol-ngobrol tetap berlanjut. Si korlap agaknya sudah mulai bosan dengan bikin lucu-lucuan. Sampailah pada tujuan utama. Ketika suasana benar-benar cair, ia bilang begini kepada pejabat itu.
“Bapak, kalau ada proyek pengerjaan jalan, kami dikasih lah ya. Beberapa meter juga tidak apa-apa, yang penting ada,” katanya.
“Hmmm. Coba nanti bapak lihat-lihat dululah ya,” sahut pimpinan daerah agak tidak peduli.
Tapi, pembicaraan itu agaknya telah mengubah suasana. Lama-lama karena didesak terus, si pejabat jadi agak serius.
Menyadari hal itu, si korlap tak ingin si pejabat tersinggung. Dan ia memang jago memonopoli suasana. Ia pun bikin lelucon lagi supaya si pejabat tertawa dan cair. Dengan suasana yang cair, ia berharap rencananya sukses.
Setelah si pejabat berhasil dibikin tertawa, si korlap tanya lagi soal jatah proyek pengerjaan jalan. Kejadiannya seperti itu berulang ulang sampai sekitar dua jam lamanya. Pokoknya bolak-balik si korlap melucu dan minta proyek.
Singkatcerita, entah karena sudah pusing atau karena mabuk kepayang oleh gombalan si korlap, akhirnya si pejabat bilang. “Besoklah bapak sampaikan kepastian soal proyek itu ya.”
Begitu mendapatkan pernyataan yang dianggap si korlap ‘mencerahkan,’ ia mengajak teman-temannya pamit. Setelah berjabat tangan, semua wartawan keluar ruangan, kecuali si korlap. Entah apa yang terjadi padanya, tiba-tiba ia meminta yang lainnya keluar duluan.
Tapi, tak lama kemudian, ia menyusul teman-temannya sambil tersenyum. Belakangan diketahui, rupanya, selain bisa membikin si pejabat mabuk kepayang, iapun sukses membuat si pejabat keluar uang cash.
No comments:
Post a Comment