DI suatu malam, dekat Pasar Baru, Jakarta Pusat, tiba-tiba wartawan yang sering dipanggil si Boy ini disemprit anggota polantas. Karena tidak ada alasan untuk pura-pura tidak tahu adanya razia itu, terpaksalah dia menepi ke dekat petugas.
Setelah memberi tanda hormat, petugas kemudian meminta si Boy untuk menunjukkan surat-surat sepeda motor. Si Boy agak khawatir, jangan-jangan kali ini dia tidak bisa lolos alias benar-benar ditilang, sebab malam itu agaknya operasi lalu lintas gabungan.
Tapi, dia berusaha menenangkan diri. Dia pelan-pelan mengeluarkan STNK dan menyerahkannya kepada anggota. Dalam hati, si Boy mendoakan petugas itu supaya lupa menanyakan SIM kepadanya.
Ugh, agaknya, doanya tidak dikabulkan Tuhan. “Boleh saya lihat SIM-nya, pak,” kata anggota.
Dengan perasaan cemas dan agak malu, si Boy pun mengeluarkan SIM. Sedetik kemudian, mata petugas itu terbelakak. “Ini SIM jaman kapan, pak.”
Deskripsi SIM si Boy adalah begini: SIMnya tinggal sebagian, tepatnya sisa-sisa, karena sebagian sudah mrotoli (rontok). Huruf, nomor, dan fotonya tidak jelas alias agak berjamur. Masa berlakunya sudah habis tujuh tahun yang lalu.
“Anda gimana, sih, punya SIM seperti ini. Ini diperbaruhi pun sudah tidak bisa. Anda mesti bikin lagi,” kata anggota.
“Mohon maaf, bang. Siap salah,” kata si Boy.
Beberapa saat kemudian, anggota polantas mengambil buku tilang. Dia bermaksud menilang si Boy. Tapi, buru-buru si Boy bilang, “Siap salah bang, mohon dimaklumi. Kan kita mitra, bang. Saya wartawan bang,” kata si Boy.
Sebelum mengurungkan niat menilang, anggota polantas minta si Boy menunjukkan kartu pers. “Anda ini, gimana, mestinya wartawan itu disiplin dong. Segera bikin SIM baru ya.”
“Siap bang, saya akan segera bikin. Janji, bang,” jawab si Boy.
“Janji ya, janji kepada Tuhan. Tuhan yang jadi saksi,” kata anggota yang agaknya tidak terlalu percaya dengan janji wartawan, apalagi si Boy. Mungkin selama ini si anggota sudah terlalu sering dibohongi oknum wartawan yang tertangkap razia di jalan raya.
“Ya sudah, silahkan jalan.”
2 comments:
Tuh Polisi bijak, selain tao wartawan pasti tukang boong, dirinya juga suka boong (suka cari2 alasan tuk nilang) Makanya, disuruh janji ma Tuhan, jgn ma dia yg jg suka boong.
wkwkkw... bijak supaya tidak panjang persoalan
Post a Comment