"Ini merupakan salah satu dari sekian banyak strategi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Australia untuk meningkatkan kesadaran serta pencegahan dan pengobatannya," kata Wakil Duta Besar Australia, Paul Robilliard, akhir 2011 lalu di Jakarta.
Australia telah memiliki sejarah yang panjang dalam melakukan tindakan terhadap HIV, baik itu tindakan di dalam negeri (Australia) maupun tindakan untuk membantu negara lain. Penanganan epidemi global merupakan prioritas utama bagi Pemerintah Australia.
Paul Robiliard, 20 Dec 2011 (VIVAnews/Anhar Rizki) |
Paul menambahkan di dunia dimana 33,3 juta penduduknya hidup dengan HIV dan 2,6 juta penduduknya terinfeksi disetiap tahunnya, kita perlu untuk berbuat sesuatu untuk menolong mereka.
Sangat disayangkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses perlindungan terhadap penularan HIV. Sangat tidak adil bagi Orang Dengan HIV (ODHIV) mendapatkan perlakuan stigma dan diskriminasi. Banyak hal yang masih harus dikerjakan.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan epidemi HIV/AIDS tertinggi di Asia Tenggara.
Pada 2009, diperkirakan sekitar 300 ribu warga Indonesia hidup dengan HIV dan 25 persen di antaranya adalah perempuan. Ini termasuk penularan yang terkonsentrasi di kalangan pekerja seks dan pengguna jarum suntik napza dan penularan pada masyarakat Papua dan Papua Barat.
Australia dan Indonesia telah bekerjasama untuk menangani masalah HIV lebih dari 15 tahun. Selama itu, Australia telah membantu program-program rintisan dan penelitian di Indonesia untuk menunjukkan efektifitas penurunan penularan dan mengurangi stigma serta diskriminasi terhadap kelompok berisiko dan kelompok terpinggirkan.
Pada tahun 1990-an, Australia mendanai program penurunan penularan yang pertama di Indonesia. Hasil menunjukkan akan pentingnya intervensi HIV di kalangan pengguna jarum suntik napza.
Penelitian yang dilakukan oleh Australia telah mendorong upaya nasional Pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan penurunan penularan terhadap HIV.
Di 2008, Australia berkomitmen hingga A$100 juta untuk membantu Indonesia dalam penyebaran HIV. Kemitraan ini telah membantu 26 ribu pengguna napza dengan akses jarum suntik steril, program methadone dan program penurunan penularan.
Sebagai hasil, telah terjadi penurunan prevalensi terhadap HIV di kalangan pengguna jarum suntik napza di Indonesia.
"Bantuan pembangunan kami juga menghasilkan respon yang lebih baik terhadap HIV di penjara dan peningkatan akses kepada obat-obatan bagi ODHIV," kata Paul.
Paul bangga bertemu langsung dengan blogger-blogger muda Indonesia yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu HIV. Melalui kompetisi blog, katanya, para blogger telah berkesempatan untuk bertemu langsung dengan kelompok dukungan sebaya dan melihat langsung dukungan Australia yang diberikan di provinsi Bali.
"Hasilnya, para blogger telah memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap isu-isu HIV," ujar Paul.
"Kami menghargai kerja keras Anda dan lanjutkanlah perang melawan penyebaran HIV," kata dia.
Paul kemudian mengutip pernyataan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono: "Kita tidak dapat mengalahkan HIV melalui satu cara atau hanya menargetkan satu golongan tertentu. Kita semua harus menjadi bagian dari upaya ini. Harus diingat bahwa kita tidak hanya berurusan dengan sebuah virus, tapi kita berurusan dengan manusia, keluarga kita, kolega kita, teman kita."
No comments:
Post a Comment